LigaCapsa ~“Kring.. Kring..” HP-ku berbunyi.
Saat itu aku sedang berada di kantorku sibuk membaca surat-surat dan dokumen yang barusan dibawa Lidya, sekretarisku, untuk aku setujui. Kulihat di layar tampak sebuah nomor telepon yang sudah kukenal.
“Halo.. Mega.. Apa kabar” sapaku.
“Hi.. Pak Gobet.. Kok udah lama nih nggak kontak Mega”
“Iya habisnya sibuk banget sih” jawabku sambil terus menandatangani surat-surat di mejaku.
“Ini Pak.. Ada barang bagus nih..” terdengar suara Mega di seberang sana. Mega ini memang kadang-kadang aku hubungi untuk menyediakan wanita untuk aku suguhkan pada tamu atau klienku. Memang terkadang untuk meloloskan proposal, perlu adanya servis semacam itu. Terkadang lebih ampuh daripada memberikan uang di bawah meja.
“Bagusnya gimana Dit?” tanyaku penasaran.
“Masih anak-anak Pak.. Baru 16 tahun. Kelas 1 SMA. Masih perawan” Mendengar hal itu langsung senjataku berontak di sarangnya. Memang sering aku kencan dengan wanita cantik, ABG atupun istri orang. Tetapi jarang-jarang aku mendapatkan yang masih perawan seperti ini.
“Cantik nggak?” tanyaku
“Cantik dong Pak.. Tampangnya innocent banget. Bapak pasti suka deh..” rayu Mami Mega ini. Setelah itu aku tanya lebih lanjut latar belakang gadis itu. Namanya Hesti, anak keluarga ekonomi lemah yang perlu biaya untuk melanjutkan sekolahnya. Orang tuanya tidak mampu menyekolahkannya lagi sehabis SMP nanti, sehingga setelah dibujuk Mega, dia mau melakukan hal ini.
“Minta berapa Dit? ” tanyaku
“Murah kok Pak.. cuma lima juta” Wah.. Pikirku. Murah sekali.. Aku pernah dengar ada orang yang beli keperawanan sampai puluhan juta. Singkat kata, akupun setuju dengan tawaran Mega. Aku berjanji untuk menelponnya lagi setelah aku sampai di lokasi nanti.
“Lidya.. Ke sini sebentar” kutelpon sekretarisku yang sexy itu. Tak lama Lidya pun masuk ke ruanganku. Sambil tersenyum manis dia pun duduk di kursi di hadapanku.
“Ada apa Pak Gobet?” tanyanya sambil menyilangkan kakinya memamerkan pahanya yang putih. Belahan buah dadanya tampak ranum terlihat dari balik blousenya yang agak tipis. Ingin rasanya aku nikmati dia saat itu juga, tetapi aku lebih ingin menikmati perawan yang Ditawarkan Mega. Toh masih ada hari esok untuk Lidya, pikirku.
“Saya perlu uang lima juta untuk entertain klien. Tolong minta ke bagian keuangan ya” kataku.
“Baik Pak” jawabnya.
“Ada lagi yang bisa saya bantu Pak Gobet..?” Lidya berkata genit sambil menatapku menggoda.
“Nggak.. Mungkin lain kali Lidya.. Saya sibuk banget nih” kataku pura-pura. Aku tak ingin staminaku habis sebelum bertempur dengan Hesti, anak SMP itu. Lidyapun beranjak pergi dengan raut muka kecewa, dan tak lama dia kembali membawa uang yang aku minta beserta slip tanda terima untuk aku tandatangani.
“Nanti kalau perlu lagi, panggil Lidya ya Pak” katanya masih mengharap.
“Baik Lidya.. Saya pergi dulu sekarang. Jangan telepon saya kecuali ada emergency ya” jawabku sambil mengemasi laptopku. Tak lama akupun sudah meluncur dengan Mercy kesayanganku menuju hotel di kawasan Semanggi. Akupun masuk di hotel yang berdekatan dengan plaza yang baru dibangun di daerah itu. Setelah mendapatkan kunci akupun bergegas menuju kamar suite di hotel itu. Setiba di kamar, kutelpon Mega untuk memberitahukan lokasiku. Dia berjanji untuk datang sekitar satu jam lagi. Sambil menunggu kunyalakan TV dan menonton siaran CNN di ruang tamu kamarku. Sedang asyik-asyiknya melihat berita perang di Irak tiba-tiba HP-ku berbunyi.
“Sialan Lidya. Aku khan sudah bilang jangan telepon.” pikirku sambil mengangkat telepon tanpa melihat caller ID-nya.
“Halo. Pak Gobet.. Ini Nana” kata suara di seberang sana. Nana ini adalah istri dari Pak Burhan, manajer keuangan di kantorku.
“Oh Nana.. Aku pikir sekretarisku. Ada apa Na?”
“Nggak Pak Gobet.. Cuma kangen aja. Pengin ketemu lagi nih Pak.. Aku pengin ulangi kejadian yang di pesta dulu itu. Bisa ketemuan nggak Pak hari ini?”
“Wah.. Kalau hari ini nggak bisa Na.. Aku sedang di tempat klien nih” jawabku mengelak.
“Khan minggu depan suamimu sudah pergi.. Jadi kita bisa puas deh nanti seharian” lanjutku.
“Habis Nana udah kangen banget Pak..” rengeknya.
“Sabar ya sayang.. Tinggal beberapa hari lagi kok” hiburku.
“OK deh.. Sorry kalau mengganggu ya Pak” katanya menyudahi pembicaraan. Wah, ternyata dia sudah tak sabar ingin aku kencani, pikirku. Mungkin baru pertama dia bertemu dengan laki-laki jantan sepertiku di pesta perkawinan dulu. Kemudian aku telepon Lidya untuk menanyakan kepastian kepergian Pak Burhan ke Singapore, yang dijawab bahwa semuanya sudah confirm dan Pak Burhan akan berangkat tiga hari lagi. Setelah satu jam setengah aku menunggu, terdengar bunyi bel kamarku. Kubuka pintu kamarku dan tampak Mega bersama seorang gadis belia, Hesti.
“Maaf Pak Gobet. Tadi Hesti baru pulang dari latihan pramuka di sekolahnya” alasan Mega. Mungkin tampak di wajahku kalau aku kesal menunggu mereka.
“OK nggak apa.. Ayo masuk” kataku sambil memperhatikan Hesti. Hari itu dia mengenakan tanktop yang memperlihatkan bahunya yang putih mulus. Juga rok mini jeans yang dikenakan menambah cantik penampilannya. Tubuhnya termasuk bongsor untuk anak seusia dirinya. Dari balik tanktopnya tersembul buah dadanya yang baru tumbuh. Yang membuat aku kagum adalah wajahnya yang cantik dan terkesan innocent.
“Hesti.. Ini Oom Gobet” kata Mega memperkenalkanku padanya. Kuulurkan tanganku dan disambutnya sambil berkata lirih,
“Hesti..” Kemudian kami bertiga duduk di sofa, dengan Hesti duduk disamping sedangkan Mega berhadapan denganku. Kurengkuh pundak Hesti dengan tangan kiriku, sambil kuelus-elus sayang.
“Gimana Pak.. OK khan” Mega bertanya
“OK.. Kamu jemput lagi aja nanti” jawabku sambil mengelus dan meremas lengan Hesti yang mulus itu gemas. Setelah itu Mega pamitan, tentu saja setelah menerima pembayarannya.
“Kamu lapar nggak Hesti? Kita pesan makanan dulu yuk” saranku. Dia hanya menganggukkan kepalanya. Sekarang memang sudah waktunya makan malam. dan aku tak mau staminaku tidak prima hanya karena perutku yang lapar. Apalagi ternyata gadis yang dibawa Mega ini cantik sekali.
“Pesan apa?” tanyaku sambil memberikan room service menu padanya.
“Nasi goreng aja Oom”
“Minumnya?”
“Minta susu boleh Oom?” jawabnya. Langsung aja aku pesan beefsteak dan bir untukku, dan nasi goreng serta susu untuk Hesti. Sambil menunggu pesanan datang, kamipun menonton TV.
“Channelnya Hesti ganti ya Oom” katanya sambil mengambil remote.
“Oh ya.. Oom juga bosen lihat perang terus” jawabku sambil mengagumi keindahan Hesti. Setelah dia duduk, kuelus-elus rambutnya yang berpita dan panjangnya sebahu itu. Hesti kemudian mengubah channel TV ke channel Disney. Rupanya dia suka menonton film kartun. Maklum masih anak-anak, pikirku.
“Kamu sudah punya pacar?” tanyaku setelah kami terdiam beberapa saat.
“Belum Oom..”
“Kenapa?” tanyaku lagi
“Hesti khan masih kecil..” katanya sambil terus menatap adegan kartun di TV. Aku pun makin bernafsu mendengar jawabannya. Yah.. Akulah nantinya yang akan menikmatimu untuk pertama kalinya he.. He.. Kuciumi pipinya sambil kuelus-elus pahanya. Hesti nampak tak terbiasa dan bergerak agak menghindar. Pahanya yang putih mulus makin tersibak menampakkan pemandangan yang indah. Tanganku kemudian meraba dadanya yang baru tumbuh itu. Kemudian kupegang wajahnya dan kucium bibirnya. Tampak sekali bahwa dia belum berpengalaman dalam hal seperti ini. Tanganku sudah ingin melucuti tanktopnya ketika tiba-tiba bel kamarku berbunyi.
“Room Service” terdengar suara di depan kamarku. Akupun berdiri meninggalkan Hesti untuk membuka pintu. Tampak ada perasaan lega di raut wajah Hesti ketika aku beranjak pergi.
“Ada pesanan lagi Pak?” tanya petugas room service setelah meletakkan makanan di meja.
“Nggak” jawabku
“Mungkin buat anaknya?” tanyanya lagi
“Mungkin nanti menyusul” kataku sambil menandatangani bill yang diserahkannya. Aku geli juga mendengar si petugas menyangka Hesti adalah anakku. Memang pantas sih dilihat dari perbedaan umur kami. Kamipun lalu menyantap makanan kami. Hesti menikmati nasi goreng dan segelas susunya sambil terus menonton kartun keukaannya.
“Mau buah Hesti?” kataku sambil mengambil buah-buahan dari mini bar.
“Nggak Oom.. Udah kenyang. Dibungkus aja boleh ya Oom.. Untuk adik di rumah” katanya. Hm.. Benar-benar manis ini anak, pikirku. Dalam hati aku kasihan juga pada dia, tapi aku tak dapat menahan nafsu birahiku untuk menikmati tubuhnya yang muda itu. Aku makan satu buah apel dan kuberikan sisanya padanya. Diterimanya buah-buahan itu dan kemudian dimasukkan dalam tasnya. Akupun kembali duduk disampingnya dan kemudian kuambil remote dan kumatikan TVnya.
“Ayo sayang kita mulai ya..” kataku sambil menciumi pundaknya yang terbuka. Aku kemudian beralih menciumi bibirnya sambil tanganku meremas-remas dadanya. Tak ada response darinya. Ketika tangannya yang mungil aku letakkan di atas kemaluanku, dia diam saja.
“Kok diam saja sih!!” Bentakku.
“Oom.. Hesti nggak pernah Oom.. Belum ngerti” jawabnya lirih ketakutan.
“Ya sudah sini kamu..” kataku sambil beranjak ke meja dimana laptopku berada. Hesti mengikutiku dari belakang. Langsung kusetel film BF yang aku simpan di dalam harddiskku.
“Ayo sini duduk Oom pangku” kataku. Hestipun duduk di atas pangkuanku sambil melihat adegan persetubuhan dimana seorang wanita bule cantik sedang dengan rakusnya mengulum kemaluan orang berkulit hitam. Mata Hesti tampak takjub melihat adegan yang pasti baru pertama kalinya dia lihat itu. Sementara aku menciumi dan menjilati pundak dan lehernya yang jenjang dari belakang. Tangankupun telah masuk ke dalam tanktopnya dan meremas-remas buah dadanya yang masih tertutup BH itu. Kutarik ke atas cup bra nya sehingga tangankupun leluasa menjelajahi dan meremas buah dadanya yang mulai tumbuh itu. Kupilin perlahan puting dadanya yang mulai mengeras.
“Oom.. Jangan Oom.. Hesti malu” katanya sambil menatap adegan di laptopku dimana si wanita bule sedang mengerang-erang nikmat disetubuhi dari belakang.
“Nggak usah malu sayang” jawabku sambil agak memutar tubuhnya sehingga aku leluasa menikmati dadanya. Kulumat lagi buah dada yang baru tumbuh itu dan kujilat lalu kuisap putingnya yang kecil berwarna merah muda itu. Sementara tanganku yang satu telah merambah paha sampai mengenai celana dalamnya.
“Pelan-pelan Oom.. Sakit” desahnya ketika tanganku mengusap-usap kemaluannya setelah celana dalamnya aku sibak. Mulutku masih sibuk mencari kepuasan dari buah dada anak beLidya ini.
“Kamu cantik sekali Hesti.. Ohh yeah..” kataku meracau sambil mengulum dan menjilati buah dadanya. Tanganku mengelus-elus pundaknya yang jernih, sedangkan yang satunya sedang merambah kemaluan anak perawan ini. Kemaluanku tampak memberontak di dalam celanaku, bahkan sudah mengeluarkan cairannya karena sudah sangat terangsang. Kuturunkan Hesti dari pangkuanku, dan akupun berdiri didepannya. Kuciumi bibirnya dengan ganas sambil tanganku meremas-remas rambutnya.
“Emmhh.. Emmhh..” hanya itu yang terdengar dari mulut Hesti. Kumasukkan lidahku dan kujelajahi rongga mulutnya. Sementara kuraih tangan Hesti dan kuletakkan ke kemaluanku yang sudah sangat besar karena ereksi. Tetapi lagi-lagi dia hanya diam saja. Memang dasar anak-anak, gelorabirahi.com belum tahu cara memuaskan lelaki, pikirku. Dengan agak kesal kutekan pundaknya sehingga dia berlutut di depanku. Dia agak berontak akan bangun lagi.
“Ayo.. Berlutut!!” kataku sambil menarik rambutnya. Tampak air mata Hesti berlinang di sudut matanya. Dengan cepat aku lepas celana dan celana dalamku, sehingga kemaluanku berdiri dengan gagah di depannya.
“Ayo isap!!” perintahku pada Hesti yang tampak ketakutan melihat kemaluanku yang sebesar lengannya itu. Kugenggamkan tangannya pada kemaluanku itu.
“Ampun oomm.. Jangan Oom.. Besar sekali.. Nggak muat Oom” katanya mengiba-iba. Terasa tangannya bergetar memegang kemaluanku.
“Ayo!!” bentakku sambil menarik rambutnya sehingga kemaluankupun menyentuh wajahnya yang imut dan innocent itu. Tampak Hesti sambil menahan tangisnya membuka mulutnya dan akupun sambil berkacak pinggang menyodorkan kemaluanku padanya.
“Aahh.. Yes.. Make Daddy happy..” desahku ketika kemaluanku mulai memasuki mulutnya yang mungil. Akupun mengelus-elus rambutnya yang berpita itu dengan penuh kasih sayang ketika Hesti mulai menghisapi kemaluanku.
“Ayo jilati batangnya.. Sayang” kataku sambil mengeluarkan kemaluanku dari mulutnya. Hestipun mulai menjilati batang kemaluanku dengan perlahan.
“Ayo isap lagi” instruksiku lagi sambil tanganku mengangkat dagunya dan menyorongkan kemaluanku padanya. Hesti mulai mengulum kemaluanku, walaupun hanya ujungnya saja yang masuk ke dalam mulutnya. Kutekan kemaluanku ke dalam mulutnya sehingga hampir separuhnya masuk kedalam mulutnya. Tampak dia tersedak ketika kemaluanku mengenai kerongkongannya. Dikeluarkannya kemaluanku untuk mengambil nafas, sementara aku tertawa geli melihatnya.
“Sudah. Oom.. Jangan lagi Oom” Hesti memohon. Air matanya tampak menetes di pipinya
“Oom belum puas. Ayo lagi!!” bentakku sambil menjambak rambutnya, sehingga wajahnya terdongak ke atas menatapku. Hestipun terisak menangis, tetapi kemudian dia kembali menjilati dan mengulum kemaluanku. Bayangan di kamar hotel itu sangatlah indah menurutku. Seorang laki-laki dewasa dengan tubuh tinggi besar sedang berkacak pinggang, sementara seorang anak di bawah umur dengan wajah tanpa dosa sedang mengulum kemaluannya. Mungkin sekitar 15 sampai 20 menit aku ajari anak perawan itu cara untuk memberikan kepuasan oral pada lelaki. Setelah itu aku merasakan kemaluanku akan meledakkan cairan ejakulasinya.
“Buka mulutmu!!” perintahku pada Hesti sambil mengeluarkan kemaluanku dari kulumannya. Kemudian kukocok-kocok kemaluanku sebentar, dan kemudian muncratlah cairan spermaku ke dalam mulutnya dan sebagian mengenai wajahnya.
“Oh.. Yeahh.. Nikmat.. Kamu hebat Hesti..” erangku saat orgasme.
“Ayo telan!!” perintahku lagi ketika melihat dia akan memuntahkan spermaku keluar. Tampak dia berusaha menelan spermaku, walaupun karena jumlahnya yang banyak, sebagian meleleh keluar dari mulutnya. Diambilnya tisu dan dibersihkannya wajahnya sambil membetulkan pakaiannya sehingga rapi kembali. Dia pun kemudian mengambil dan meminum habis sisa susunya. Sementara aku pergi ke toilet untuk buang air kecil. Sekembalinya aku dari toilet, tampak Hesti sedang duduk gelisah di sofa. Pandangan matanya tampak kosong dan berubah menjadi takut ketika melihat aku menghampirinya. Aku tersenyum dan duduk disampingnya. Kembali kuelus-elus pundak dan tangannya.
“Omm.. Hesti pengin pulang Oom.. Hesti capek..” katanya.
“Yach kamu istirahat dulu aja sayang” jawabku sambil mencium pipinya. Kamipun duduk terdiam. Kusetel kembali TV yang masih menayangkan acara kartun kesukaannya itu. Kuusap- usap tubuhnya yang duduk di sampingku sambil sesekali kuciumi. Aku menunggu hingga kejantananku bangkit kembali. Aku beranjak ke meja dimana laptopku masih menayangkan adegan syur semenjak tadi. Di layar sekarang seorang pria bule sedang dihisap kemaluannya oleh dua wanita cantik. Yang satu bule juga, sedangkan yang lain wanita Asia, kalau tidak salah Asia Carrera namanya. Memang film produksi Vivid ini bagus sehingga aku menyimpannya di harddiskku. Melihat adegan demi adegan di layar, kejantananku pun perlahan bangkit kembali. Kudatangi sofa dimana Hesti berada. Hesti tampak gelisah ketika aku berlutut di depannya.
“Aku ingin menikmati vaginamu sayang” kataku sambil menyibakkan rok mininya. Kuciumi pahanya dan kujilati sampai mengenai celana dalamnya. Kemudian kulepas celana dalamnya itu sehingga vaginanya yang bersih tak berbulu itu sangat membuatku terpesona.
“Jangan Oom.. Tolong Oom” kata Hesti ketika tanganku mulai meraba kemaluannya. Karena gemas, langsung aku jilati dan isap vaginanya. Lidahku menari-nari dan kumasukkan ke dalam Liangnya yang perawan itu.
“Uuuuuhh.. Ampun Ooooom..Udaaaahh.. Ooom..Ouwhh..” erangnya ketika aku menemukan klitorisnya dan langsung kuhisap. Sementara tanganku naik ke atas meremas buah dadanya. Kupilin-pilin putingnya sehingga mulai mengeras. Tak luput vaginanya pun sudah mengeluarkan lendir tanda dia telah siap untuk disetubuhi.
“Ayo kita lanjutkan di ranjang, manis..” kataku sambil merengkuh tubuhnya dan menggendongnya. Aku ciumi bibirnya sambil badannya tetap aku gendong menuju kamar tempat tidur. Kurebahkan tubuhnya di ranjang, dan akupun mulai melucuti pakaianku. Tampak kemaluanku sudah kembali membengkak ingin diberi kenikmatan oleh anak kecil ini. Hesti tampak memandangku dengan tatapan mengiba. Matanya menampakkan ketakutan melihat ukuran kemaluanku. Langsung kuterkam tubuhnya di ranjang dan kuciumi wajahnya yang manis. Kubuka tanktopnya juga BHnya dan kulempar ke lantai. Langsung kusantap buah dadanya yang masih dalam masa pertumbuhan itu dan kujilati dan kuisapi putingnya hingga mengeras.
Lalu kubuka rok mininya, sehingga Hestipun sudah telanjang bulat pasrah di atas ranjang. Jariku kemudian menari merambah vaginanya dan mengusap-usap klitorisnya.
“Tolong jangan Oom.. Aduuuuuh.. Ooooom.. Jangaaaaaan Oom.. Hesti masih perawan Ooooom.” rengeknya. Aku menghentikan kegiatanku dan menatapnya. “Memangnya Bu Mega bilang apa?” tanyaku
“Katanya Hesti nggak akan diperawani. Cuma dipegang dan diciumi aja” jawabnya terisak. Mendengar itu timbul perasaan iba karena ternyata dia telah dibohongi oleh Mega. “Ya sudah..”Kataku. “Kamu hisap lagi aja kontol Oom seperti tadi” perintahku.
Akupun lalu tidur telentang dan Hestipun kutarik hingga wajahnya berada di depan kemaluanku yang sudah berdiri tegak. Kutekan kepalanya perlahan, hingga Hestipun kembali memberikan kenikmatan mulutnya pada kemaluanku. Tampak dari tatapanku, kepalanya naik turun menghisapi kemaluanku. Tangankupun mengelus-elus rambutnya penuh rasa sayang seperti rasa sayang bapak kepada anaknya.
“Ya terus.. Sayang” erangku menahan nikmat yang tiada tara. Setelah beberapa menit, kutarik tubuhnya sehingga wajahnya tepat berada diatas wajahku. Kuciumi bibirnya sambil tanganku meremas-remas pantatnya. Kemudian kubalikkan badannya, sehingga badanku yang tinggi besar menindih tubuh indahnya. Kusedot puting buah dadanya dan kugigit-gigit sehingga menimbulkan bekas memerah. Lalu kurenggangkan pahanya, dan kuarahkan kemaluanku ke vaginanya.
“Jangan Oom.. Ampun Oom.. Jangan.. Ampuuuuun..” rengek Hesti ketika kemaluanku mulai menyentuh bibir vaginanya. Aku tambah bernafsu saja mendengar rengekannya, dan kutekan kemaluanku sehingga mulai menerobos Liang vagina perawannya. Terasa sesuatu menghalangi kemaluanku, yang pasti adalah selaput daranya
“Aaaaaahh.. Sakiiiiiitt..Ooooooommm” jeritnya menahan tangis ketika kutekan kemaluanku merobek selaput daranya.
“Ppprrrreeeeeettttttt.. sreeeettt…ssrrreeeeetttt”‘ Kutahan sebentar menikmati saat aku mengambil keperawanan anak ini, kemudian kugerakkan pantatku maju mundur menyetubuhinya.
“Ah.. Nikmat.. Ahh.. God.. Vaginamu enak Hesti.” Racauku
“Oggghhhcccch..Aaaaauuuuwwwwhhhhhsssss… Ampun.. Sakiiiiit.. Udah Ooooooom.. Ampuuuuuunnn..” Hesti merintih kesakitan sambil menangis.
“Yes.. You naughty girl.. Daddy must punish you.. Yeaaaah..” aku kembali meracau kenikmatan. Kugenjot terus kemaluanku, dan aku merasakan nikmatnya jepitan vagina Hesti yang sangat sempit itu. Tampak air mata Hesti meleleh membasahi pipinya, dan ketika kugenjot kemaluanku tampak wajahnya menyeringai menahan sakit.
Kemudian kutarik pahanya sehingga melingkari pinggangku, dan sambil duduk di ranjang kugenjot lagi vaginanya. Tanganku sibuk menjelajahi buah dadanya. Bosan dengan posisi itu, kubalikkan badannya dan kusetubuhi dia dengan gaya “doggy style”. Sudah tak terdengar lagi rengekan Hesti, hanya suara erangannya dan isak tangisnya yang memenuhi ruangan itu.
“Aaaaahh.. Sakit Oom ampuuuuun..” rengeknya kembali ketika rambutnya kutarik sehingga wajahnya terdongak ke atas. Sambil kusetubuhi tubuhnya, kadang kuciumi dan kugigiti pundak dan lehernya dari belakang, sambil tanganku memerah buah dadanya. Setelah kurang lebih satu jam aku setubuhi dia dengan berbagai macam posisi, akupun tak tahan untuk mengeluarkan cairan ejakulasiku. Kubalikkan badannya dan kugesek-gesekkan kemaluanku di dadanya. Kadang kugesek-gesekkan juga ke seluruh wajahnya.
“Oooohh.. Memang enak kamu Hesti..” erangku sambil menumpahkan spermaku di dadanya. Akupun kemudian bergegas menuju toilet untuk membersihkan diri. Kemaluanku pun kubersihkan dari sisa sperma bercampur darah perawan Hesti. Sekembalinya aku dari toilet, kulihat Hesti masih terbaring di ranjang sambil menangis terisak-isak. Kubiarkan saja dia di sana, karena aku sudah merasa puas dan merasa menjadi lebih muda setelah mereguk kenikmatan dari anak itu. Kuminum sisa birku, dan kutelepon Mega untuk menjemput Hesti. Tak lama, Mega pun datang.
“Gimana Pak Gobet?” tanyanya tersenyum.
“Wah.. Puas.. Tuh anak enak banget” kataku tertawa kecil.
“Syukurlah Pak Gobet puas. Sengaja saya pilihin yang bagus kok Pak” katanya lagi.
“Percaya deh sama Mega. Tuh anaknya masih di kamar” Mega pun masuk ke kamar tidur sedangkan aku nonton TV di sofa. Lagi-lagi masih berita perang di CNN. Sementara itu, terdengar Hesti menangis di kamar sedangkan Mega berusaha menghiburnya. Setelah kurang lebih setengah jam, merekapun muncul dari dalam kamar tidur.
“Saya permisi dulu Pak Gobet” pamit Mega.
“Oh ya Meg.., kalau ada yang bagus lagi telepon ya. Untuk obat awet muda.” jawabku sambil mengedipkan
mataku.
“Beres Pak” jawabnya sambil menggandeng Hesti keluar.
“Ini tasnya ketinggalan” kataku sambil menyerahkan tas Hesti yang berisi buah-buahan untuk adiknya itu. Kuperhatikan mata Hesti masih sembab, dan jalannya pun agak pincang ketika meninggalkan kamar hotelku. Tak lama akupun cek out dari hotel. Dalam perjalanan pulang ke apartemenku, aku mampir di panti pijat langgananku. Tubuhku agak pegal sehabis menyetubuhi Hesti tadi. Setelah dipijat, dan mandi air hangat, tubuhku terasa sangat segar. Akupun bergegas pulang dengan mengendarai Mercy silver metalik kesayanganku.
Situs Resmi Poker & Domino99 Online
* P.E.N.A.S.A.R.A.N *
0 komentar:
Posting Komentar