LigaCapsa ~
Malam itu tanggal 4 Mei 1999 sekitar jam 10 malam. Aq dengan mobil kijangku sedang keliling-keliling kota Jakarta. Rencananya aq hendak meliput persiapan kampanye partai-partaI yang katanya sudah ada di sekitaran bundaran HI. Aneh, kampanye resminya besok, tapi sudah banyak yang berkumpul di putaran HI malam ini.
Singkat cerita. Di depan gedung kedutaan inggris kuparkirkan mobil kijangku, bersama banyak mobil lainnya. Memang aq melihat ada beberapa kelompok, masihng-masing dengan bendera partai mereka dan atribut bermacam-macam.
Kukeluarkan kartu persku, tergantung di leher. Juga kamera Nikon, kawan baik yang menjadi sumber nafkahku. Aq melangkah mendekati kerumunan simpatisan partai. Bergabung dengan mereka. Berusaha menacari informasi dan momen-momen penting yang mungkin akan terjadi. Saat itulah mataku tertuju dengan seorang gadis yang bergerombol dengan teman-temannya di atap sebuah mini bus. Wajahnya yang cantik tersenyum kepadaku. Gadis itu mengenakan kaos partai xxx yang telah dipotong sedikit bagian bawahnya, sehingga seperti model tank top, sedangkan bawahannya memakai mini skirt berwarna putih di antara teman-temannya, dia yang paling menonjol. Paling gesit, lincah dan menarik.
“Mas, Mas ini wartawan yah?” katanya padaku
“Iya”
“Wawancarai kita kita dong mas” salah seorang temannya nyeletuk
“Emang mau di wawancarai??”
“Mau dong. Tapi foto kita dulu…” Mereka beraksi saat kuarahakan kamera Nikonku kepada mereka. Dengan gaya masing-masing mereka berpose.
“Kenapa udah ada di sini, sih?” bukankah kampanye resminya besok?”
“Biar aja mas, dari pada besok dikuasai sama partai lain?
“Emangnya mau terus di sini? sampai pagi?”
“Iya dong demi partai xxx, kami rela begadang semalaman”
“Hebat”
“Mas di sini aja, Mas. Nanti pasti ada lagi yang manjat tugu selamat datang” kata gadis yang menarik perhatian itu. Aq pun duduk bersama mereka, ngobrol-ngobrol tentang pemilu kali ini. Harapan-harapan mereka, tanggapan mereka, dan pendapat mereka. Mereka cukup loyal terhadap partai mereka itu, walaupun tampak sedikit kecewa, karena pemimpin partai mereka itu kurang berani bicara. Padahal di proyeksikan untuk menjadi calon presiden. Aq maklum, karena tau latar belakang pemimpin yang mereka maksudkan itu.
“Eh, nama kalian siapa yah?” tanyaku, aq Sony”
“Aq, Ratih” kata gadis manis itu, lalu teman-temannya yang lain pun menyebut nama. Kami terus ngobrol-ngobrol, sambil minum a*ua yang dijual pedagang asongan. Waktu terus berlalu. Beberapa kali aq meninggalkan mereka untuk mengejar sumber berita. Malam itu bundaran HI didatangi kapolri yang meninjau dan melihat massa yang telah bergerombol untuk kampanye, karena jadwal kampanye resminya adalah jam 6 pagi sampai jam 5 sore. Saat aq kembali, gerombolan Ratih masih ada disana.
“Aq kembali kekantor dulu ya, memberikan rekaman dan hasil fotoku. Sampai ketemu” pamitku.
“Eh, Mas, Mas Sony!! Kantornya xxx (nama koranku), khan. Boleh aq numpang?” Ratih berteriak kepadaku.
“Numpang kemana?”
“Rumah. Rumahku deket situ juga”
“Oke, Boleh” kataku. “Tadi katanya mau begadang di sini?”
“Nggak jadi deh, Ngantuk. Boleh ya? Nggak ada yang mau nganterin nih” Aq pun mengangguk. Tapi dari tempatku berdiri, aq dapat melihat di dalam mini bus itu ada sepasang remaja sedang berciuman. Bener-bener kampanye, nih? Sama saja kejadian waktu melipat demontrasi mahasiswa dulu. Waktu teriak, ikutan teriak. Yang pacaran, ya pacaran, (Ini cuma sekedar nyentil, Lho. Bukan menghujat. Angkat topi buat gerakan mahasiswa kita! Peace!) Ratih menggandengku. Aq melambai pada teman-temannya.
“Ratih!! Pulang rumah Lhoo!! Jangan malah….” teriak salah seorang temannya.
Ratih cuma mengangkat tinjunya, tapi matanya kulihat mengedip. Lalu kami pun menuju mobilku. Ratih duduk disebelahku. Mulutnya berkicau terus, tanya-tanya soal profesiku. Aq menjawabnya dengan senang hati. Tekadang pun aq bertanya padanya. Dari situ aq mengetahui kalau dia masih duduk di bangku sekolah kelas 2 sma, di daerah bulungan. Tadi ikut-ikutan temannya saja. Politik? pusing ahh mikirinnya. Umurnya 17 thn, tapi tidak mendaftar pemilu tahun ini. Kami terus ngobrol sana sini. Dia telah semakin akrab denganku
“Kamu udah punya cowok belum?” tanyaku.
“Udah” nadanya jadi lain, agak sendu
“Nggak ikut tadi?”
“Nggak tuh”
“Kenapa nggak ikut?”
“Lagi marahan”
“Wahh… gawat nih”
“Biarin aja” – Cerita Bokep Terbaru –
“Emangnya kenapa?”
“Dia ketangkep basah selingkuh sama temanku, tapi nggak mau ngaku”
“Perang, dong”
“Aq marah! eee dia malah lebih galak”
“Dibalas dong. Jangan didiemin aja”
“Gimana cara balasnya?” tanyanya polos.
“Kamu selingkuh juga” jawabku sekenanya.
“Bener?”
“Iya. Jangan mau diboongin, cowok tu selalu begitu”
“Lho, mas sendiri juga cowok”
“Makanya, aq nggak percaya sama cowok. Sumpah, sampai saat ini aq nggak pernah pacaran sama cowok. Hahahahahahaha” dia pun ikut tertawa. Aq mengambil rokok dari dashboard mobilku, menyalakannya. Ratih meminta sebatang rokokku. Gadis ini badung juga. Sambil merokok, dia tampak lebih rileks, kakinya tanpa sadar telah menenmplok di dashboardku. Aq merengut, hendak marah, tapi tidak jadi, paha mulusnya terpampang dihadapanku, membuat jengkelku hilang. Setelah itu aq mulai tertarik mencuri-curi pandang. Ratih tak sadar, dia memjamkan matanya, menikmati asap rokok yang mengepul dan keluar melalui jendela mobil yang terbuka. Gadis ini bener-bener cantik. Rambutnya hitam panjang. Tubuhnya indah. Dari kaosnya yang pendek, dapat kulihat mulus perutnya.
Dadanya indah tegak berisi.
Tanpa sadar batang penisku bereaksi. Aq menyalakan tape mobilku. Ratih menatapku saat sebuah lagu romantis terdengar.
“Mas, habis ini mau kemana?”
“Pulang kerumah. Kemana lagi?”
“Kita kepantai aja yuk, Mas. Aq suntuk banget nih: katanya menghmebuskan asap rokok dari mulutnya.
“Mau ngapain?”
“Liat laut, dengerin derunya ombak, ngapain aja deh, Mas. Aq males pulang jadinya. Selalu inget Joe, kalu aq sendirian”
“Joe?”
“Cowokku”
“Oowh. Tadi katanya ngantuk?”
“Ngantuknya udah terbang bersama asap rokok” katanya, tubuhnya doyong kearahku, melingkarkan lengan kebahuku, dadanya menempel di pangkal tangan kiriku. Hangat.
“Oke, boleh” kataku, setelah berfikir kalau besok aq tak harus pagi-pagi ke kantor. Jadi setelah mengantar rekaman dan hasil fotoku kepada rekanku yang akan membuat beritanya, aq dan ratih menuju Ancol. Setibanya di Ancol kuparkirkan mobilku di pinggir pantai ancol. Disana kami berdua terdiam, mendengarkan derunya ombak, begitu istilah Ratih tadi. Hampir 30 menit kami hanya berdiam. Namun kami duduk telah semakin rapat, sehingga dapat kurasakan lembutnya tubuh yang ada disampingku. Tiba-tiba Ratih mencium pipiku.
“Makasih, Mas Sony”
“Untuk apa, Ratih?”
“Karena telah mau menemani Ratih”. Aq hanya diam. Menatapnya. Ratih pun menatapku. Perlahan menunduk. Kunikmati kecantikan wajahnya. Tanpa sadar kuraih wajahnya, dengan sangat pelan kudekatkan wajahku ke wajahnya, kucium lembut bibirnya, lalu aq tarik lagi wajahku agak menjauh dari wajahnya. Kurasakan hatiku bergetar, bibirku pun kurasakan ikut bergetar, begitu juga dengan bibir Ratih. Aq tersenyum, dan ratih pun tersenyum. Kami berciuman kembali. Saat hendak merebahkan tubuhnya, setir mobil menghalangi gerakan kami. Lalu kami pindah ke jok tengah. Aq cium kening Ratih terdahulu, kemudian hidungnya, pipinya, lalu bibirnya. Ratih terpejam dan kudengar nafasnya mulai memburu, kami berdua terbenam dalam ciuman yang hangat. Tanganku memegang buah dadanya, meremasnya lembut dari balik kaos tipis dan bh nya.
Tak lama kemudian kaos itu telah kubuka. Kuarahkan mulutku keleher mulusnya, ke pundaknya, lalu turun ke payudaranya yang indah, montok, padat dan kenyal, dengan puting susu yang memerah. Tanganku membuka kancing BH merahnya. Kumainkan lidahku diputing susunya yang mulai mengeras. Mas, Sony, kamu tau aja kelemahanku, aq paling nggak tahan kalau di jilat putingku…., ooohhhh…” aq pun semakin asyik mencumbu dan menjilati puting Ratih, lalu ke perutnya, pusarnya, sambil tanganku membuka mini skirtnya. Terpampanglah dengan jelas tubuh mulus gadis itu. CD nya yang berwarna merah, menerawangkan bulu-bulu halus yang ada di situ. Kuciumi daerah itu. Aq berhenti sejenak, lalu aq bertanya kepada Ratih.
“Ratih kamu udah pernah dijilati itunya?”
“Belum, Mas… kenapa?
“Mau nyoba nggak, Ratih?
Ratih mengangguk pelan. Takut Ratih berubah pikiran, tanpa menunggu lama langsung kubuka CD nya, dan mengarahkan mulutku ke memek Ratih yang berbulu lebat, klitorinya yang memerah dan baunya yang khas. Kujilati dengan lembut klitorisnya. Tak lama kemudian kudengar desahan panjang dari Ratih.
“Sssshhhhh… aaaghhhh!!!” Aq terus bermain di situ.
“Ooghhh, mas Sony… gilaa sungguh nikmat… gilaaa… aq baru ngerasain nih nikmat yang kayak gini… oohhhh.. aq ngga kuat nih…. udah masshhh…” Lalu dengan tiba-tiba Ratih menarik kepalaku dan tersenyum ia menatapku. Tanpa kuduga Ratih mendorongku untuk bersandar ke jok, dengan cepatnya tangan Ratih membuka sabuk yang kupakai, lalu membuka kancing celanaku. Tanganya meraih batang penisku yang sudah tegang mengeras sejak tadi. Lalu Ratih memasukkan batang penisku yang besar melengkung kedalam multunya.
“Aaagghhhh,,,” lenguhku. Kurasakan kehangatan di dalam mulutnya. Namun karena dia mungkin belum terbiasa, giginya beberapa kali menyakiti batang penisku.
“Auwhh Ratih, jangan kena gigi dong.. sakit.” Keperhatikan wajahnya, lidahnya sibuk menjilati memutari kepala penisku, lalu dengan perlahan ia tekan kepalanya ke arahku berusaha memasukkan kemaluanku semaksimal mungkin ke dalam mulutnya. Namun hanya seperempat dari batang penisku saja kulihat yang berhasil terbenam dalam mulut Ratih.
“Ohgg!.. aduh mas Sony, cuma bisa masuk seperempat…”
“Ya udah Ratih, udah deh jangan dipakasain, nanti kamu tersedak”. Kutarik tubuh Ratih, dan kurebahkan di jok mobilku. Lalu ia membuka lebar pahanya, terlihat samar-samar olehku memeknya yang sudah mulai basah. Lalu kupegang batang penisku, kuarahkan ke lubang memeknya. Aq rasakan kepala penisku mulai masuk perlahan, kutekan lagi perlahan, kurasakan sulitnya batang penisku menembus lubang memeknya. Kutekan lagi perlahan, kuperhatikan wajah Ratih dengan matanya yang terpejam, ia menggigit bibirnya sendiri, kemudian mendesah.
“Sssshhhh….. aagghhhh.. mas Sony, pelan-pelan yah masukinnya, perih nih…” Dan dengan perlahan tapi pasti kutekan terus batang penisku ke dalam lubang memek Ratih, aq berupaya untuk dengan sangat hati-hati sekali memasukkan batang penisku ke lubang memek Ratih. Aq sudah tak sabar, pada suatu saat kelepasan, kutekan batang penisku agak keras. Terdengar suara aneh. Kulihat ke arah batang penisku dan memek Ratih, terlihat olehku batang penisku baru setengah terbenam ke dalam lubang memeknya. Ratih tersentak kaget.
“Aduhhh mas Sony, suara apa tuh?”
“Nggak papa, sakit nggak?
“Sedikit, Mas…”
“Tahan yah… sedikit lagi masuk kok…”. Dan kurasakkan lubang memek Ratih sudah mulai basah dan hangat. Ini menandakan bahwa cairan memek Ratih sudah mulai keluar, dan siap untuk penetrasi. Akhirnya aq sodokkan batang penisku dengan cepat dan tiba-tiba agar Ratih tak sempat merasakan sakit, dan ternyata usahaku berhasil, kulihat wajah Ratih seperti orang yang sedang merasakan kenikmatan yang luar biasa, matanya setengah terpejam, dan sesekali kulihat mulut Ratih terbuka dan mengeluarkan suara.
“Sssshhh…. eemmmhhhhh”
Kadang lidahnya keluar sedikit membasahi bibirnya yang sensual. Aq pun merasakan nikmat yang luar biasa. Kutekan lagi penisku, kurasakan di ujung penisku seperti ada yang mengganjal, kuperhatikan penisku, ternyata sudh masuk tige perempat ke dalam lubang memeknya. Kucoba untuk menekannya lebih dalam lagi, ternyata sudah mentok…, kesimpulannya, penisku hanya dapat tiga perempat lebih sedikit ke lubang memek Ratih. Dan Ratih pun merasakannya.
“Duuhhh mas Sony, udah mentok, jangan ditekan lagi, perutku udah kerasa negg nih, tapi nikmat mas… duhhhh… penis mas besar banget sih….” Aq mulai menggerakkan pantatku maju mundur, sesekali kugoyangkan kekanan dan kekiri dan memutar. Kurasakan betapa nikmatnya memek Ratih, ternyata lubang memek Ratih masih rapet, walaupun bukan lagi seorang perawan. Ini mungkin karena ukuran batang penisku yang menurut Ratih besar dan panjang. Lama kelamaan goyanganku mulai teratur, pelan tapi pasti, dan Ratih pun sudah dapat mengimbangi goyanganku, kami bergoyang seirama, berlawanan arah, bila kugoyang kekanan, Ratih goyang ke kiri, bila kutekan Ratih pun menekan pantatnya.
Semua kulakukan dengan penuh kehati-hatian, karena aq sadar betapa panjang dan besarnya batang penisku untuk Ratih, aq tidak mau membuatnya kesakitan. Dan usahaku ini berjalan dengan mulus. Sesekali kurasakan jari-jari Ratih merenggut rambutku, sesekali kurasakan tanganya mendekap erat tubuhku. Tubuh kami penuh peluh sedemikian rupa dalam ruangan mobil yang mulai panas, namun kami tak memperdulikannya, kami sedang merasakan nikmat yang luar biasa pada saat itu. Aq terus menggoyangnya dengan teratur sampai pada suatu saat.
“Ooghh mas Sony… cepetin goyangannya dong… aq udah mau keluar nih….”. Ratih mengangkat tinggi kedua kakinya, dilingkarkan di pinggangku, menekan pantatku dengan erat dan beberapa menit kemudian semakin erat… semakin erat…. tangan sebelah menjambak rambutku, tangan sebelahnya lagi mencengkram punggungku, mulutnya menggigit kecil kuping kananku, lalu terdengar erangan dan jeritan panjang dari mulutnya memanggil namaku.
“Mas Sonyy… aagghhhhh…. aahhhh…. oogghhhhhhh…” dia mengejang hebat. Kurasakan lubang memeknya hangat, mengang dan mengejut-ngejut mencngkram batang penisku.
“Oogghhhh…. gilaak…, ini benar-benar nikmat sekali…” teriakku.
Baru kurasakan sekali ini lubang memek bisa sepert ini. Tak lama kemudian aq nggak tahan lagi, kupercepat goyanganku dan tubuhku mengejang hebat.
“Mas Sonyy… cabutt… semburin di luar….”. Dengan cepat kucabut penisku dari dalam lubang memek Ratih lalu sedetik kemudian kurasakan kenikmatan yang sungguh luar biasa, aq menjerit tertahan.
“Oogghhhh… oohhhhhh…” erangku
“Ngghhhh… Ngghhhh…”
Kupegang batang penisku sebelah tangan dan kemudian kurasakan menyemburnya pejuhku dengan kencang dan banyak sekali keluar dari penisku.
Crott.. crott.. crott.. crottttt… sebagian menyembur wajah Ratih, sebagian lagi nyembur ke buah dadanya, kedadanya, terakhit ke perut dan pusarnya. Kami berdua terkulai lemas, sambil berpelukan.
“Mas Sony… Nikmat banget main sama, Mas… rasanya beda kalau saya gituan sama Joe. Lebih nikmat sama, Mas. Kalau sama Joe, aq nggak pernah orgasme, tapi baru sekali di entot Mas, aq bisa orgasme, barang kali penis Mas yangt besar banget yah?” katanya sambl mengelus batang penisku yang masih tegang, namun tak sekeras tadi.
“Aq nggak bakal lupa deh sama malam ini, aq akan selalu mengingatnya, jadi kenangan manisku” aq hanya tersenyum dengan lelah dan berkata,
“Iya Ratih, aq juga, aq nggak bakal lupa”
Setelah itu kami menuju ke kost ku dan melanjutkan hasrat seks kami yang masih membara. Dan keesokkan paginya aku mengantarkan ratih pulang, dan membuat janji untuk bertemu kembali untuk saling memuaskan satu sama lain.
Mari uji HOKI anda di ligacs.com