LigaCapsa ~ Situs Resmi Poker & Domino99 Online

Rabu, 22 Februari 2017

Goresan Semu Bayang Tubuhku


LigaCapsa ~ Ikhsan, Sedikit gambaran tentang dirinya, tak terlalu tinggi, hampir sepantaranku, berkacamata dan pipinya sedikit tembem dgn kulit sawo matang. Muka sih tak termasuk ganteng, malah cenderung culun apalagi dgn kacamata bingkai tebalnya itu. Sifatnya juga tertutup dan kuper, tak biasa gaul dgn perempuan, kalo bertemu di perpustakaan, kantin ato di area kampus lainnya pasti sendirian ato minimal bersama 1-2 kawannya yg laki laki. Dia berasal dari Padang dan nge-kost di di sekitar kampus ini. Karakternya yg unik ini membuatku ingin mengerjainya, aqu ingin tahu apa orang seintrovert itu akan luluh oleh godaan perempuan penuh gairah sepertiku.

Dalem prestasi dia memang biasa-biasa saja, IPK-ku saja lebih tinggi darinya (bukannya sombong loh). Tetapi dia mempunyai sebuah bakat yg menonjol yaitu menggambar, terutama menggambar manusia dan gambar-gambar versi anime Jepang, muka dan proporsi badannya pas sekali, aqu tahu hal ini karena seringkali kalo kuliahnya boring dia sembunyi-sembunyi menggores-goreskan pensil pada kertasnya, di organizernya juga terselip beberapa hasil karyanya. Pernah suatu kali saking asyiknya menggambar dia tak sadar kalo si dosen sedang berjalan di dekatnya, dan mengambil kertasnya dan mengamat-amati gambarnya lalu berkata :

“Wah..wah anda ini lagi jatuh Cinta sama siapa ya, sampai dibawa-bawa ke gambar begini, siapa nih di sini yg rambut panjang dgn kuDinr ke belakang” sembari memperhatikan semua mahasiswi di kelas ini. Kontan satu kelas termasuk aqu tertawa-tawa dan saling menunjuk siapa yg di dalem gambar itu, mukanya jadi memerah karenanya. Kalo saja dosennya killer pasti dia sudah dikotbahi macam-macam ato bisa juga disuruh keluar, untung Bu Keumala (si dosen itu) tak segarang itu, beliau cuma menyindir dan menegurnya tetapi beliau juga memuji gambarnya itu bagus. Suatu hari pada mata kuliah American Culture and Institution yg dosennya ‘obat tidur’ aqu duduk di belakang dan kebetulan dia juga di sebelahku sehingga bisa ngobrol dgnnya dgn suara pelan.
“Biasa lu nge-gambar dapat ide dari mana aja San ?” tanyaqu sembari melihat-lihat gambar-gambar di organizernya.

“Kebanyakan sih dari film ato foto-foto Din, kalo lagi iseng ya gambar, enjoy gitu !”
“Eh…yg ini bagus nih, mirip aslinya, Vivian Hsu kan ?”
“Iya hehehe, modelnya langsung dari orang aslinya tuh” katanya sembari nyengir
“Ciyyee…mimpi kali yee !” balasku menyikutnya pelan
“Emang lu pernah pakai model asli untuk gambar-gambar lu San ?” tanyaqu lagi
“Emmm…pernah sih dulu saudara ogut, tapi kebanyakan sih ogut ambil dari foto ya, abis susah kan cari model”
“Kalo menggambar sampai selesai gini habis waktu berapa lama kira-kira ?”
“Itu tergantung mood juga sih, tapi rata-rata sih setengah jam lah”
“Gini San, kalo ogut jadi modellu boleh ga ? pengen sih sekali-sekali dilukis gitu, gimana ?” tawarku.

“Wah, bener nih Din ? thanks banget kalo lu mau, kapan nih ada waktu ?”
“Ogut sih abis ini ga ada apa-apa lagi, lu sendiri gimana ?”
“Ooo…bagus kalo gitu di kost ogut aja gimana ?” jawabnya antusias dgn tawaranku. Singkat cerita, setelah selesai perkuliahan yaitu jam sebelas, aqu mengikutinya ke kostnya, dari kampus kami jalan kaki sekitar sepuluh menit. Tak banyak orang di sana, mungkin karena pada jam-jam seperti ini masih banyak yg kuliah, hanya nampak seorang anak muda sebagai pembantu, seorang ibu setengah baya yg juga pembantu dan dua orang penghuni kost lainnya yg semua lelaki. Kamar Ikhsan bisa dibilang cukup rapi dibanding kamar lelaki pada umumnya, di dalem sebuah rak tersusun beberapa model robot rakitan dan patung-patung keDinl tokoh anime, begitu juga di dindingnya tertempel poster-poster anime dan game.

“Typikal tukang gambar banget nih anak, kacamata dan anime maniac gini” kataqu dalem hati sembari mengamati koleksi-koleksinya sementara dia sedang ke toilet.
“Ok, Din bisa kita mulai ga ? Lu mau dilukis gimana ?” tanya Ikhsan yg baru keluar dari toilet
“Oohh..iya tapi omong-omong lu bakal tegang ga kalo ngegambar pakai model nanti taqutnya hasilnya jelek”
“Tegang ? ngga lah…emang kenapa harus tegang”
“Soalnya ogut mau dilukis sedikit beda gitu loh”
“Bedanya gimana Din ? kan lu cuma tinggal diam bergaya aja ya” tanyanya bingung
“Itu loh San, lu pernah nonton Titanic ga ? ogut maunya digambar seperti itu tuh, gimana ?” jawabku dgn polosnya, Tentu saja dia langsung tercengang dgn permintaanku itu dan mukanya memerah
“Hah…yg bener lu Din, maksudlu telanjang gitu ?”
“Hh-emm…wearing only this itu loh, ogut yakin lu bisa kok” aqu lalu melepaskan satu-satu kancing kemejaqu dan memperlihatkan bra-ku.

“Din…lu serius nih, berani kaya gini ?” seakan tak percaya apa yg dilihat di hadapannya. Aqu tertawa tertahan melihat reaksi amatirannya itu sembari terus melucuti satu demi satu pakaianku. Matanya seperti mau copot memandangku yg sudah telanjang di depannya, dari reaksinya aqu yakin dia baru kali ini melihat perempuan telanjang secara langsung.
“Nah…gimana San ? jangan tegang gitu dong, minum dulu aja deh” Dia menerima gelas yg kusodorkan dan meminumnya lalu menarik napas panjang
“Ok dah tenang kan, buktiin dong kalo lu profesional artist, masa ngeliat badan perempuan aja nervous gitu hehehe” aqu menenangkannya sembari tertawa kecil.
“Ya tegang dong Din, ogut kan ga pernah gambar telanjang sebelomnya” jawabnya terbata-bata, tetapi dia sudah lebih rileks dari yg tadi. Kulihat matanya tak pernah lepas memandangi badanku
“Makanya lu harus cari pengalaman baru, supaya pandangan lu tambah luas”
“Gimana bisa kita mulai kan menggambarnya” kataqu sembari membaringkan badan di ranjangnya.

“Bentar Din” sahutnya lalu mengunDin pintu terlebih dulu “kalo ada yg masuk kan berabe”
“Posisi gini gimana ? bagus ga ?” aqu berbaring menyamping dgn menopang kepalaqu dgn tangan kanan ditekuk
“Kurang Din, biasa aja, mending lu tumpuk itu bantal buat sandaran tangan terus duduk bersimpuh, kayanya lebih bagus” pintanya setelah mengamati sejenak.
“Gini ?” tanyaqu mengikuti arahannya
“Ya, lebih tegak dikit Din, ya gitu ok” aturnya. Dia duduk di kursi seberang ranjang sana memegang clipboard. Sebelom mulai dia minum dulu untuk menenangkan diri. Lewat lima menit, dia geleng-geleng kepala melihat kertasnya, lalu ditariknya kertas itu dan diremat-remat.

“Kenapa San ? gagal ?” tanyaqu
“Sory Din, belom biasa sih jadi ga bagus tadi, sekali lagi yah, sory ngerepotin”
“Ya udah, santai aja, lama-lama juga biasa kok”. Kali ini sepertinya dia sudah lebih enjoy melaqukan aktivitasnya, tangannya bergerak dgn cepat diatas kertas, mengganti-ganti pensil, mengambil kapas dan penghapus, ibarat Leonardo yg melukis telanjang Kate Winslet di film Titanic itu. Ternyata jadi model lukisan gini capek juga loh, harus diam terus dan menjaga ekspresi muka selama beberapa saat lamanya, semenit jadi seperti satu jam rasanya.

“Wuiihh…finally !” sahutnya dgn bernapas panjang setelah lima puluh menitan bekerja keras
“Udah San ? coba ogut liat dong hasilnya sini” pintaqu tak sabar ingin melihat hasilnya
Dia berjalan ke sini dan duduk di tepi ranjang memperlihatkan karyanya kepadaqu
“Puas ga Din ? sory yah kalo jelek kan baru kali ini”. Aqu mengamat-amati gambar itu sejenak, harus kuaqui hasilnya lumayan, meskipun mukaqu terlihat lebih lebar di gambar itu, tetapi secara keseluruhan sudah ok. Aqu tahu dia terus memandangi badan polosku sedari tadi, tapi kubiarkan saja dia menikmatinya sembari aqu melihat gambarnya.

“Hhmm…ga nyesel kayanya ogut cape-cape duduk telanjang selama ini yah, ya ga San ?” kataqu sembari menolehkan muka melihatnya yg sedang memperhatikanku yg tanpa tertutup sehelai benangpun dgn muka memerah.
“Eh..kenapa lo San, kok ngeliatin ogut sampai kaya gitu, belom pernah liat perempuan telanjang ya sebelomnya ?” ujarku dgn tersenyum nakal
“Liat aja sih sering Din, tapi kalo yg beneran baru kali ini, pernah juga melihat adik ogut baru keluar mandi itu juga ga sengaja” katanya sembari garuk-garuk kepala
“Jadi pegang-pegang badan perempuan ga pernah dong ?” tanyaqu memanDinngnya
“Walah apalagi itu Din, bokin aja belom, mo sama siapa” dgn sedikit terkekeh
“Terus gimana reaksi lu ngeliat ogut ga pake apa-apa di depan lo gini ?”
“Wah…gimana yah, susah omongnya nih, ya sedikit shock juga tadi abis baru kali ini” jawabnya gugup.

“Ada pikiran macam-macam gitu ngga waktu ngegambar tadi ?” pancingku lagi
“Emmm…macam-macam gimana contohnya Din ?” tanyanya pura-pura bego ato memang bego nih, ga taulah, who care, lucu juga aqu dgn tingkahnya ini
“Ya misalnya gini nih” seraya kuraih tangannya dan kuletakkan pada buah dada kiriku.
Terasa sekali tangannya gemetaran memegang dadaqu, mulutnya melongo tak sanggup berkata-kata dan mukanya tambah merah saja. Kubimbing tangannya meremat-remat buah dada montokku.

“Mmhh…gitu rematnya, pakai perasaan…putingnya juga”. Dia menuruti apa yg kuajarkan meski masih diam terbengong. Setelah gemetarnya berkurang aqu memulai aksi terusannya, kudekatkan bibirku padanya hingga saling berpagutan.
“Mulutnya dibuka San, jangan kaqu gitu, ogut ajarin lu cipokan” bisikku dgn nada manja. Dgn agresif lidahku menjelajahi mulutnya, menyapu ke segenap penjuru, menjilati lidahnya mengajak ikut bermain sehingga pelan-pelan lidahnya juga mulai aktif mengimbangiku. Tangannya pun tanpa kubimbing lagi sudah menikmati buah dadaqu dgn lebih semangat, bahkan kini dia lebih berani menjulurkan tangan satunya ke belakangku dan mengelusi punggungku. Setelah puas berciuman, perlahan aqu menarik mulutku, air liur nampak menetes dan berjuntai seperti benang laba-laba ketika mulut kami berpisah pelan-pelan.

“Itu tadi namanya Frech Kiss, San, udah bisa belom ?”
“Ho-oh, seru banget, lagi dong Din !” pintanya
“Eiitt…sabar dulu, jangan buru-buru, masih banyak yg lebih seru” kataqu sembari membukakan kaosnya dan melemparnya ke kursi.

“Lu berdiri dulu dong, ogut bantu buka celananya !” Dia bangkit dari duduknya dan berdiri di depanku yg duduk di pinggir ranjang. Kulucuti celananya tanpa menghiraukan reaksinya yg malu-malu, terutama ketika akan kubuka celana dalemnya.
“Iihh…rese amat sih, minggir sana tangannya, ogut telanjang di depan lu aja santai, masa lu yg laki laki malu-malu kucing gini !” bentakku pelan.

“Iya…iya Din, sori habis baru pernah nunjukin anu ogut ke perempuan sih” katanya gugup membiarkan celana dalemnya kuturunkan. Aqu melihat kemaluannya yg sudah tegang lalu kugenggam dgn jari-jari lentikku.
“Wah, belom maksimal nih ngacengnya, liat aja nanti kalo udah ngerasain mulut ogut, pasti ketagihan lu, hehehe…!” pikirku mesum.

“Udah gede gini juga masih bilang malu, munafik lo ah !” ujarku sembari mengusapnya. Kumulai dgn mengecup kepala kemaluannya dan memakai ujung lidahku untuk menggelikitiknya. Kemudian lidahku turun menjalari permukaan benda itu, sesekali kugesekkan pada mukaku yg halus, kubuat kemaluannya basah oleh liurku. Bibirku lalu turun lagi ke pangkalnya yg dipenuhi bulu-bulu, buah kemaluannya kujilati dan yg lainnya kupijat dalem genggaman tanganku. Beberapa saat kemudian mulutku naik lagi dan mulai memasukkan benda itu ke mulutku. Kuhisap perlahan dan terus memijati kemaluannya.
“Aaa..ahhh..geli Din…uuhhh !” desahnya bergetar. Kulihat ekspresinya meringis dan merem-melek waktu kemaluannya kumain-mainkan di dalem mulutku.

Kujilati mhisapar kepala kemaluannya sehingga memberinya kehangatan sekaligus sensasi luar biasa. Semakin kuhisap benda itu semakin keras dan membengkak. Aqu memasukkan mulutku lebih dalem lagi sampai kepala kemaluannya menyentuh langit-langit tenggorokanku. Setelah beberapa lama kusepong, benda itu mulai berdenyut-denyut, sepertinya mau keluar. Aqu makin gencar memaju-mundurkan kepalaqu menghisap benda itu. Ikhsan makin merintih keenakan dibuatnya, tanpa disadarinya pinggulnya juga bergerak maju-mundur di mulutku. Tak lama kemudian muncratlah cairan kental itu di dalem mulutku yg langsung kusedot hingga tuntas. Kulirikan mataqu ke atas melihatnya merintih sembari mendongak ke atas, tangannya mengucek-ucek rambutku. Sisa mani yg belepotan di batangnya kujilati hingga bersih, lalu aqu merebahkan diriku di ranjang dan menarik tangannya supaya berbaring menindihku, gambar itu kubiarkan jatuh ke lantai, daripada kusut di ranjang tergencet badan kami nanti.

“Wah…sumpah enak banget tadi itu Din !” katanya di dekat mukaku
“Itu tadi baru pemanasannya, sayg, kita masih belom beres” kataqu sembari membelai lembut rambutnya
“Yuk, sekarang nyusu aja dulu sembari istirahat” suruhku memberi syarat padanya untuk melumat buah dadaqu
“Ogut isep sekarang yah Din” katanya dgn kedua tangan sudah mencaplok sepasang buah dadaqu. Aqu mendesis dan badanku menegang merasakan mulut Ikhsan mulai beraksi di buah dadaqu. Bongkahan dada kananku dia jilati seluruhnya hingga basah, lalu dikenyot-kenyot di dalem mulutnya. Kepalanya kudekap erat pada buah dadaqu. Selesai dgn yg kanan kini dia melaqukan hal yg sama terhadap yg kiri yg sedari tadi dia remati dgn tangannya. Kedua buah dadaqu jadi basah oleh liurnya. Tangannya mulai berani menyusuri lekuk-lekuk badanku, bokongku yg sekal dia elus-elus sembari terus menyusu. Kuraih telapak tangannya yg lagi mengelus bokongku dan menggiringnya ke kemaluanqu.

“Disini lebih hangat kan, San ?”
“Iya hangat Din, sedikit basah gitu”
“Coba lu masukin jarilu lebih dalem lagi ke situ, pelan-pelan aja”. Dua jadinya pelan-pelan memasuki liang kenikmatanku, melewati dinding yg bergerinjal-gerinjal.
“Sekarang coba lu gosokin daging keci yg…ahhh !!” aqu tak tahan untuk tak mendesah sebelom selesai menjelaskan karena sensasi yg ditimbulkannya, Ikhsan sudah terlebih dulu mengepit benda itu diantara dua jarinya dan mengusap-usapnya.

“Kenapa Din ? sakit ?” tanyanya polos
“Nggak…enak terusin San, itu yg namanya klitoris, daerah rangsangan perempuan, ayo gituin lagi !!”. Dia melanjutkan usapannya pada klitorisku dan semakin lama semakin nikmat. Mulutnya kembali mencaplok buah dadaqu. Aqu menggelinjang keenakan dgn napas makin memburu, tanganku mencengkram pundaknya dan membelai kepalanya.
“Oohh…yess…gitu, i like it…terus…terus !!” desahku sesekali menggigit bibir bawah. Lagi enak-enaknya terbuai tiba-tiba HP-ku berbunyi, sehingga Ikhsan berhenti sejenak melihat asal suara.

“HP lu tuh Din, mau diangkat ?” tanyanya
“Udah ah biarin aja…ayo lagi tanggung nih !” kataqu sembari membenamkan mukanya ke dadaqu lagi. Dari ringtonenya aqu tahu itu pasti salah satu dari geng-ku, kalo tak Verna, Indah, ato Ratna, paling-paling mau ngajak jalan ato ketemuan, nanti juga bisa.

“Din, tapi itu…kalo penting…?” tanyanya lagi
“Cerewet, ayo terusin lagi, bukan urusan lu !” bentakku membenamkan lagi mukanya ke dadaqu. Kamipun kembali berpacu dalem nafsu, ringtone HP-ku terus berbunyi sampai berhenti beberapa saat kemudian. Dia kini lebih ahli melaqukan tugasnya, hisapannya pada buah dadaqu semakin mantap, pipinya sampai kempot menghisapnya. Tangannya pada kemaluanqu bukan cuma mengusap-usap saja, tetapi sudah berani menusuk-nusuk sembari tetap memainkan klitorisku. Sebelom dia membuatku klimaks aqu memegang pergelangan tangannya dan menyuruhnya menarik keluar dari kemaluanqu. Jari-jarinya basah sekali oleh cairan keperempuananku.halamandewasa.com Aqu mencegahnya waktu dia mau mengelap jarinya itu.

“Jangan dibuang dong, mubazir” cegahku
“Hah, tapi lengket gini Din, emang mau diapain ?” tanyanya heran. Aqu tak menjawabnya selain mendekatkan telapak tangannya ke mulutku, kemudian kumasukkan jari telunjuknya ke mulutku, kuhisap dgn penuh perasaan merasakan cairanku sendiri. Tatapan mataqu yg binal menatap mukanya yg terbengong-bengong dgn tingkahku yg liar.
“Coba San, rasain deh sarinya perempuan seperti ogut tadi !” kudekatkan jari-jari basah itu ke mulutnya. Mulanya dia sedikit ragu-ragu dan risih mencicipi cairan itu, tetapi karena kubujuk terus akhirnya dia pun pelan-pelan menjilati juga cairanku yg belepotan di jarinya itu.

“Terus..lagi di sebelah sana tuh, belom habis” aqu menyemangatinya karena dia ragu-ragu menjilatinya.
“Gimana rasanya ?” tanyaqu dgn tertawa tertahan
“Aneh Din, tapi lama-lama enak juga sih”. Setelah itu aqu menyuruhnya rebahan lalu aqu naik ke atasnya. Aqu melepaskan kacamatanya lalu menaruhnya di meja keDinl sebelah ranjang. Kami berpelukan erat dan kembali berCiuman dgn penuh gelora. Sembari berCiuman tangannya menjalar turun mengelus punggungku dan meremat kedua belah bokongku. Napas kami sudah demikian memburu sehingga hembusannya terasa pada muka masing-masing. Mulutku merambat ke bawah menCiumi lehernya dan terus ke dadanya, putingnya kuCium dan kugigit sedikit keras sembari menariknya.
“Aooww…Din…nakal lu yah…kaget tau !” tersentak kaget dgn gerakan agresifku. Aqu tertawa cekikikan karena reaksinya, dasar amatiran, lucu banget ML sama yg model ginian. Sesaat kemudian aqu meraih kemaluannya dan mulai mengarahkannya ke kemaluanqu.

“Selamat yah sebentar lagi lu jadi lelaki dewasa” ucapku seolah menyalaminya yg sedang menuju saat-saat terakhir keperjakaannya. Pelan-pelan aqu menurunkan badanku hingga benda itu melesak ke dalam kemaluanku diiringi desahan kami. Aqu melihat mukanya yg meringis antara rasa perih dan enak merasakan barangnya dijepit kemaluanqu. Setelah masuk setengahnya aqu langsung menduduki kemaluannya dan bless…amblaslah benda itu seluruhnya ke dalam kemaluanku. Aqu mendesah panjang, begitupun Ikhsan, matanya melotot dan mengerang merasakan jepitan dinding kemaluanqu pada kemaluannya yg merenggut keperjakaannya. Aqu sengaja mendiamkan sejenak kemaluannya tertancap padaqu supaya dia bisa beradaptasi dan meresapi saat-saat pertamanya dulu. Kemudian aqu mulai menggoygkan pinggulku pelan-pelan.

“Enak san ?…eeemmhhh !” tanyaqu lirih
“Iya Din….oohh…enak abis…ughh, mantap !”. Gerakan naik-turunku bertambah cepat secara bertahap, buah dadaqu mulai ikut bergoyg-goyg seirama goyg badanku.
“Mainin susu ogut San…ohhh !” pintaqu manja sembari menaruh tangan kanannya ke buah dadaqu
“Aahh..ahhhh…yg keras pencetnya !” desahku makin gila bersamaan dgn birahiku yg makin tinggi. Hentakan badanku makin keras sampai kepala kemaluan itu terkadang menyodok-nyodok rahimku. Keringat pun bercucuran pada badan dan muka kami apalagi kamar ini tak ber-AC, cuma dipasang exhaust van di atas pintu. Meskipun aqu berusaha supaya tak terlalu gaduh mengingat hari masih terang dan banyak orang lalu lalang, tetapi sesekali aqu tak kuasa menahan jeritan keDinl kalo hentakannya kencang ato mengenai G-spot ku.

Memang tak nyaman melaqukannya pada saat dan tempat seperti ini, tapi kalo sudah kebelet ya apa boleh buat, lagipula ada sensasi tersendiri juga bermain dalem keadaan tak safe seperti ini. Tak lama kemudian aqu merasakan perasaan yg luar biasa sehingga secara alami goygan badanku bertambah kencang, hal ini membuat erangan kami semakin terdengar. Tanpa mengurangi frekuensi genjotan aqu menunduk melumat bibirnya dgn tujuan meredam suara kami supaya tak mengundang perhatian. Akhirnya ketika gelombang klimaks menerpa, yg terdengar hanya erangan tertahan, dgn refleks aqu menekan kemaluanqu hingga kemaluan itu tertancap maksimal, Ikhsan jadi kelabakan karena aqu menghisap lidahnya dgn kuat ditambah pelukanku yg makin erat. Akhirnya badanku melemas di atasnya dgn kemaluan masih menancap di kemaluanqu. Dibelainya rambut dan punggungku dgn lembut.

“Din, itu tadi yg namanya klimaks yah ? gila banjir banget lu tadi, tapi enak, hangat !” komentarnya
“Kamu capek Din ? udah lemas gini” tanyanya melihatku yg bernapas ngos-ngosan.
“Nggak, lu juga masih kuat kan, sekarang kita ganti gaya yah !” kataqu sembari bangkit dan bertumpu dgn kedua tangan dan lututku. Pinggulku kutunggingkan seakan menantangnya memperlihatkan kemaluanku yg merah dgn bulu-bulunya hitam yg lebat. Tanpa harus kuajari lagi Ikhsan menempelkan kemaluannya pada bukit kemaluanku yg becek. Dgn mesra dia membenamkan kemaluannya sedikit demi sedikit.

“Ooohh…yeahh ! fuck me like that…uuhh…i’m your bitch now !” erangku liar
Ronde berikutnya pun dimulai, kami saling memacu badan kami dalem posisi doggy. Sembari menggenjotku, tangannya memijati buah dadaqu yg bergelayutan dgn lembut, kupegangi tangannya supaya rematannya ke buah dadaqu tambah keras, badanku kugoygkan berlawanan arah dgn sentakannya sehingga sodokan kemaluannya makin terasa. Tak sia-sia ajaranku, ternyata dia tak mengecewakan seperti perkiraan dulu. Lima belas menit kemudian, kami berganti posisi lagi, aqu telentang di tengah ranjang membuka lebar kakiku sementara dia tetap dalem posisi berlututnya diantara kedua pahaqu. Sekarang dia yg memegang kendali tanpa arahan-arahan dariku lagi, kedua betisku dinaikkan ke pundaknya, tangannya turut aktif menjelajahi badanku. Yg kulaqukan kini hanyalah mendesah, menggeleng-gelengkan kepala dan menggigit jari menikmati hasil pengajaranku. Aqu lalu menurunkan kedua betisku itu dan meraih lehernya, mengisyaratkan supaya dia maju menindihku. Kami sudah demikian hanyut dalem kenikmatan sampai dua SMS yg masuk ke HP-ku pun tak mengusik kami. Sembari terus menggumuliku, dia menCiumiku di mulut, pipi, telinga, dan leher.

“Ahh-ahhh…San, kita coba keluar barengan ya, lu udah mau kan” desahku sembari mempererat pelukan ketika kurasakan perasan itu sudah mendekat
“Iyah Din, ogut juga udah mau !” jawabnya terengah-engah sembari mempercepat genjotannya. Kembali aqu mengalami klimaks bersamanya yg lebih panjang dari sebelomnya, tanpa peduli keadaan aqu mengerang panjang melepaskan segala perasaan yg ada dalem diriku. Disaat bersamaan pula, Ikhsan menyusul ke puncak dgn menyemburkan maninya yg kental ke kemaluanqu hingga bercampur dgn lendir keperempuananku.

“Oouuughh…!” dia pun melenguh panjang mengakhiri permainan ini. Kami berCiuman dalem pelukan menikmati sisa kenikmatan hingga akhirnya terkulai lemas bersebelahan tetapi masih tetap berpelukan, mata kami saling pandang satu sama lain tanpa berkata-kata karena masih lelah.
“Din, lu bakal hamil ngga ntar, taqutnya…” tanyanya dgn khawatir. Aqu tersenyum dgn pertanyaan polosnya lalu menjawabnya sembari memegang hidung keDinlnya.

“Ah lu, udah ngelaquin baru tanya akibatnya, tapi tenang, perempuan kan ada masa-masa suburnya dan sekarang ogut lagi aman kok, masa gitu aja ga tau sih ? kaan dulu di biologi ada ?”
“Iya sih, tapi kan prakteknya ogut belom gitu jelas, sekarang baru dijelasin ama lu hehehe” dia tertawa renyah.

“Eh Din, gambar yg ini buat ogut aja yah, buat kenangan pertama kalinya ogut ngelukis telanjang, ntar kalo mau ogut gambarin lagi buat lu, please” pintanya. Aqu sih iya-iya saja, toh niatku menggodanya sudah tercapai.
Hari-hari berikutnya, kami beberapa kali bekerjasama membuat ‘karya seni’. Tak jarang aqu memberi saran mengenai latar dan pose.

Kami saling berbagi pengalaman, aqu mendapat pengalaman sebagai model lukisan, dia pun mendapat banyak wawasan untuk meningkatkan bakat seninya dan tak ketinggalan pelajaran seks dan hubungan sosial dariku. Kini Ikhsan sudah lebih pandai bergaul, tak sekuper dulu lagi. Bahkan pernah dia mengutarakan perasaannya padaqu, tetapi sayg aqu harus menolaknya dgn halus, karena aqu belom siap mendapatkan bokin lagi sedari hubungan Cintaqu di masa lalu kandas tiga kali. Kami tetap berkawan baik hingga kini. Ketika aqu lulus beberapa bulan lalu dia telah mempunyai bokin. Syukurlah, aqu pun senang karena bisa membantunya belajar mengenai hidup dan membuatnya lebih terbuka.

0 komentar:

Posting Komentar