LigaCs.com ~ Sobirin adalah karyawan penjaga kampus sebuah perguruan tinggi swasta berusia pertengahan limapuluh. Sosoknya sedang dgn tubuh lumayan berisi, parasnya jauh dari tampan, hitam dan agak bopengan, matanya pun cekung ke dalam berkesan ngantuk. Masa lalunya bisa dibilang kelam, dulunya dia adalah seorang penjahat yg ditakuti dan beberapa kali keluar masuk penjara, bekas luka sepanjang sejengkal di dadanya adalah hasil pertarungan antar geng dulu. Tampangnya yg seram dan tak bersahabat itu, ditambah masa lalunya yg seram plus sifat penyendirinya membuatnya seringkali dipandang rendah oleh mahasiswa, dosen, maupun sesama rekan karyawan di kampus itu.
Dia tetap menjalankan tugasnya dgn rapi tanpa mempedulikan omongan orang-orang di sekitarnya. Bekerja di lingkungan itu membuatnya sering menelan ludah melihat tingkah polah para mahasiswi cantik dan dosen-dosen muda yg berpakaian seksi memperlihatkan paha mulus, pusar, maupun belahan dada mereka dgn pakaian berleher rendah, juga sesekali dia memergoki beberapa diantaranya berhubungan badan di areal kampus seperti mobil, toilet, ruang kuliah, dan lain-lain. Semua itu dia anggap sebagai hiburan semata sampai suatu ketika naluri jahat dalam dirinya kembali muncul ketika dia menemukan sebuah cameraphone yg tertinggal di kelas. Benda itu diambil dan dipelajarinya, sebentar saja dia sudah paham penggunaannya terutama cara pengambilan gambar dan merekam video klip. Dari sinilah muncul niat jahat untuk membalas segala perlakuan yg selama ini dia terima dan mewujudkan angan-angannya menikmati tubuh para wanita cantik di kampus dgn cara memeras mereka dgn foto-foto memalukan yg bisa dia ambil dgn alat itu.
Hari itu, Sobirin mulai menyeleksi siapa yg akan dijadikan mangsa pertamanya.
Dia bingung menentukan pilihan karena begitu banyak gadis-gadis cantik disana baik dari kalangan mahasiswi maupun dosen, dan kesempatan untuk mengambil gambar pun perlu momen yg tepat. Keberuntungan berpihak padanya ketika sore jam limaan dimana kampus mulai sepi, dia menemukan sepasang muda-mudi yg sedang berasyik-masyuk di ruang senat. Jendela ruangan itu dicat sebagian, tapi jika berjinjit sedikit maka kita akan bisa mengintip ke dalam melalui bagian yg tak bercat. Di atas sofa nampak Ellen dan Leo (keduanya mahasiswa fakultas ekonomi) sedang beradegan panas saling melepas hasrat birahinya. Pakaian keduanya sudah tersingkap sana-sini, Leo sudah melepaskan celana panjangnya dan menindih tubuh Ellen yg sudah setengah bugil dgn pakaian dan bra tersingkap dan tinggal memakai celana dalam saja, celana panjang Ellen sudah tergeletak di lantai.
Dia bingung menentukan pilihan karena begitu banyak gadis-gadis cantik disana baik dari kalangan mahasiswi maupun dosen, dan kesempatan untuk mengambil gambar pun perlu momen yg tepat. Keberuntungan berpihak padanya ketika sore jam limaan dimana kampus mulai sepi, dia menemukan sepasang muda-mudi yg sedang berasyik-masyuk di ruang senat. Jendela ruangan itu dicat sebagian, tapi jika berjinjit sedikit maka kita akan bisa mengintip ke dalam melalui bagian yg tak bercat. Di atas sofa nampak Ellen dan Leo (keduanya mahasiswa fakultas ekonomi) sedang beradegan panas saling melepas hasrat birahinya. Pakaian keduanya sudah tersingkap sana-sini, Leo sudah melepaskan celana panjangnya dan menindih tubuh Ellen yg sudah setengah bugil dgn pakaian dan bra tersingkap dan tinggal memakai celana dalam saja, celana panjang Ellen sudah tergeletak di lantai.
“Mmhhh…eenngghhh !” desah Ellen sembari meremasi rambut Leo ketika pemuda itu mengisapi buah dadanya. Tangan Leo merayap ke bawah dan menyusup ke balik celana dalamnya sehingga pada celana dalam itu nampak gumpalan yg bergerak-gerak. Dgn gemetaran, Sobirin mengeluarkan cameraphone itu dari saku celananya dan mulai mengarahkan lensanya ke arah pasangan yg sedang bermesraan itu. Dgn sabar dan hati-hati, direkamnya adegan demi adegan dalam bentuk foto maupun video klip. Sembari mengambil gambar, tangan satunya tak bisa menahan diri mengocok kemaluannya yg sudah mengeras dari luar celana. Ketika mereka sudah mau selesai dan hendak keluar dari ruang itu, Sobirin pun segera pergi dari situ, rencananya dia akan segera menjalankan aksinya setelah itu, tapi saygnya kedua muda-mudi itu pulang bersama, lagi pula lebih baik sabar menunggu besok agar gadis itu sudah bersih dan segar kembali dari sisa-sisa persetubuhannya, demikian pikirnya.
Malamnya, Sobirin menikmati gambar-gambar dan video klip yg diambilnya barusan sembari mengocok kemaluannya, selain itu dia juga memikirkan waktu yg tepat untuk mengerjai Ellen besoknya. Keesokan harinya, setelah beberapa waktu mencari orang yg ditunggu, Sobirin akhirnya menemukan gadis itu sedang mengikuti kuliah di sebuah kelas. Tak mau kehilangan buruannya, dia terus membuntuti diam-diam dan menunggu waktu untuk berbicara dgnnya. Ellen nampak begitu cantik hari itu, dia memakai pakaian ketat warna merah yg mencetak bentuk tubuhnya dipadu dgn rok jeans selutut, rambutnya yg hitam sedada itu diikat ke belakang memperlihatkan lehernya yg jenjang dan putih mulus. Tahun ini dia memasuki usianya yg ke-21, anak seorang pemilik toko emas ini selalu berdandan modis tapi tak norak, sehingga termasuk salah satu bunga di kampus ini. Leo, pemuda yg kemarin bercinta dgnnya adalah senior satu angkatan diatasnya, belum sampai sebulan Leo menyatakan cintanya dan diterima dgn mulus. Waktu itu adalah jam satu siang di basement parkir, Ellen baru saja melemparkan tas dan diktat kuliahnya ke dalam mobil dan hendak masuk ke kemudi ketika terdengar Sobirin, si penjaga kampus itu muncul dan menyapanya dari belakang.
“Siang Non !! Sudah mau pulang ya !” sapanya dgn suara pelan
“Haduh…ngagetin aja bapak ini, ada apa sih Pak !” jawabnya agak ketus sembari mengelus dada.
“Hehe…anu non, bapak cuma mau ngasih liat sesuatu buat non yg sepertinya penting” jawabnya dgn terkekeh.
“Apan sih Pak, cepetan deh saya mau pulang nih !”
Sobirin pun mengeluarkan HP-nya dan memperlihatkan file-file gambar itu kepada Ellen. Betapa kagetnya gadis itu, ekspresi parasnya seperti melihat setan, pucat dgn mulut ternganga begitu melihat gambar pertama yg ditunjukkan yaitu dirinya sedang mengulum kemaluan Leo kemarin sore, disusul gambar-gambar berikutnya yg semua berisi adegan syur dirinya bersama kekasihnya itu.
“Haduh…ngagetin aja bapak ini, ada apa sih Pak !” jawabnya agak ketus sembari mengelus dada.
“Hehe…anu non, bapak cuma mau ngasih liat sesuatu buat non yg sepertinya penting” jawabnya dgn terkekeh.
“Apan sih Pak, cepetan deh saya mau pulang nih !”
Sobirin pun mengeluarkan HP-nya dan memperlihatkan file-file gambar itu kepada Ellen. Betapa kagetnya gadis itu, ekspresi parasnya seperti melihat setan, pucat dgn mulut ternganga begitu melihat gambar pertama yg ditunjukkan yaitu dirinya sedang mengulum kemaluan Leo kemarin sore, disusul gambar-gambar berikutnya yg semua berisi adegan syur dirinya bersama kekasihnya itu.
“A-a-apa-apaan ini Pak, apa…apa maksudnya semua ini !?” tanyanya terbata-bata dgn ekspresi kebingungan bercampur kaget.
“Hehehe…bagus yah non ? kalo saya cetak fotonya gimana non ?” paras Sobirin menyeringai mesum
“Kurang ajar, apa sebenernya mau Bapak ?” Ellen menjadi geram sehingga hampir berteriak, keringat mulai menetes di dahinya.
“Ssttt…ssssttt…jangan keras-keras dong non, nanti yg lain denger gimana” Sobirin mengacungkan telunjuk di depan hidungnya dgn tetap cengengesan, “nah, gimana kalau kita bicarakan di gudang sana aja deh, biar lebih enak !” katanya lagi dgn pandangan ke arah sebuah pintu di salah satu pojok basement itu. Ellen tak bisa berkata-kata lagi, jantungnya berdebar kencang dan tubuhnya panas dingin, namun karena tak ada jalan lain dia terpaksa mengikuti saja Sobirin yg terlebih dahulu berjalan ke ruang itu. Ruang itu tak begitu besar, diterangi lampu neon 10 watt, sebuah tangga lipat tersandar di dinding diantara setumpuk barang bekas, juga terdapat sebuah rak yg berisi kaleng-kaleng cat, tiner, dan macam-macam peralatan. Setelah keduanya masuk, halamandewasa.com Sobirin menyalakan lampu dan menggeser slot pintu membuatnya terkunci dari dalam. Ellen begitu terkejut dan tersentak kaget begitu merasakan bokongnya diraba dari belakang, dia langsung berbalik dan menepis tangan Sobirin.
“Hehehe…bagus yah non ? kalo saya cetak fotonya gimana non ?” paras Sobirin menyeringai mesum
“Kurang ajar, apa sebenernya mau Bapak ?” Ellen menjadi geram sehingga hampir berteriak, keringat mulai menetes di dahinya.
“Ssttt…ssssttt…jangan keras-keras dong non, nanti yg lain denger gimana” Sobirin mengacungkan telunjuk di depan hidungnya dgn tetap cengengesan, “nah, gimana kalau kita bicarakan di gudang sana aja deh, biar lebih enak !” katanya lagi dgn pandangan ke arah sebuah pintu di salah satu pojok basement itu. Ellen tak bisa berkata-kata lagi, jantungnya berdebar kencang dan tubuhnya panas dingin, namun karena tak ada jalan lain dia terpaksa mengikuti saja Sobirin yg terlebih dahulu berjalan ke ruang itu. Ruang itu tak begitu besar, diterangi lampu neon 10 watt, sebuah tangga lipat tersandar di dinding diantara setumpuk barang bekas, juga terdapat sebuah rak yg berisi kaleng-kaleng cat, tiner, dan macam-macam peralatan. Setelah keduanya masuk, halamandewasa.com Sobirin menyalakan lampu dan menggeser slot pintu membuatnya terkunci dari dalam. Ellen begitu terkejut dan tersentak kaget begitu merasakan bokongnya diraba dari belakang, dia langsung berbalik dan menepis tangan Sobirin.
“Ahhh…kurang ajar, jangan keterlaluan ya Pak !!” bentaknya marah
“Ahahaha…ayolah Non, kemarin juga Non nafsu banget kan ?” seringainya “lagian apa Non punya pilihan lain buat ngejaga rahasia ini” mimiknya mulai serius.
“Ok…ok Pak, gimana kalau Bapak bilang aja mau berapa, pasti saya kasih” Ellen sudah demikian panik sampai-sampai suaranya gemetaran.
“Ooohh…uang, dasar orang kaya, saya selama kerja disini ngerasa cukup-cukup aja kok Non, tanpa anak istri yg perlu dibiayai, yg susah didapat itu ya kesempatan untuk mencicipi cewek seperti Non ini” sembari menatapnya dalam. Ellen benar-benar kehabisan akal, dia tak tahu harus bagaimana lagi. Dia merasa jijik untuk melayani lelaki yg seumuran ayahnya ini yg juga dari status dan ras yg berbeda, tapi nampaknya tak ada pilihan lain untuk menutupi skandalnya ini, jangankan foto, beritanya yg tersebar saja sudah cukup membuatnya jadi bahan gunjingan sekampus, kedua tangannya terkepal keras menahan emosi.
“Ahahaha…ayolah Non, kemarin juga Non nafsu banget kan ?” seringainya “lagian apa Non punya pilihan lain buat ngejaga rahasia ini” mimiknya mulai serius.
“Ok…ok Pak, gimana kalau Bapak bilang aja mau berapa, pasti saya kasih” Ellen sudah demikian panik sampai-sampai suaranya gemetaran.
“Ooohh…uang, dasar orang kaya, saya selama kerja disini ngerasa cukup-cukup aja kok Non, tanpa anak istri yg perlu dibiayai, yg susah didapat itu ya kesempatan untuk mencicipi cewek seperti Non ini” sembari menatapnya dalam. Ellen benar-benar kehabisan akal, dia tak tahu harus bagaimana lagi. Dia merasa jijik untuk melayani lelaki yg seumuran ayahnya ini yg juga dari status dan ras yg berbeda, tapi nampaknya tak ada pilihan lain untuk menutupi skandalnya ini, jangankan foto, beritanya yg tersebar saja sudah cukup membuatnya jadi bahan gunjingan sekampus, kedua tangannya terkepal keras menahan emosi.
“Sekarang ya terserah Non aja, bapak ga mau maksa kok, kalo non ga mau silakan pergi, kalau setuju silakan non duduk disini biar kita bisa berunding lagi”kata Sobirin sembari mengambil kursi lipat yg lapisan kulitnya telah sobek, dibentangkannya kursi itu di dekat Ellen yg masih tertegun. Akhirnya dgn berat hati, Ellen pun menghempaskan bokongnya ke kursi itu.
“Nah gitu dong baru anak manis, pokoknya asal Non nurut, saya jamin rahasia ini aman”. Kemudian Sobirin membuka resulting celananya dan menyembullah kemaluan yg sudah mengeras itu di depan paras Ellen. Matanya melotot melihat kemaluannya yg hitam berurat dgn ujungnya disunat menyerupai jamur serta jauh lebih besar daripada milik kekasihnya.
“Gede kan Non, pasti punya pacar Non ga segede gini kan !” katanya dgn bangga memamerkan senjatanya itu. “Nah, ayo Non sekarang servisnya mana !”
Dgn tangan gemetar, dia mulai meraih kemaluan itu dan mengocoknya pelan.
“Servis mulutnya mana Non, masa cuma tangan doang sih !” suruhnya tak sabar. Pelan-pelan, Ellen memajukan parasnya sembari memandangnya jijik, dia melanjutkan kocokannya sembari menyapukan lidahnya pada kepala kemaluan itu dgn ragu-ragu, sehingga Sobirin jadi gusar.
Dgn tangan gemetar, dia mulai meraih kemaluan itu dan mengocoknya pelan.
“Servis mulutnya mana Non, masa cuma tangan doang sih !” suruhnya tak sabar. Pelan-pelan, Ellen memajukan parasnya sembari memandangnya jijik, dia melanjutkan kocokannya sembari menyapukan lidahnya pada kepala kemaluan itu dgn ragu-ragu, sehingga Sobirin jadi gusar.
“Heh, apa-apaan sih, disuruh pake mulut malah cuma pake lidah disentil-sentil gitu !” bentaknya
“gini nih yg namanya pake mulut !” seraya menjambak kuncir rambut Ellen dan menjejalkan kemaluannya ke dalam mulutnya.
“gini nih yg namanya pake mulut !” seraya menjambak kuncir rambut Ellen dan menjejalkan kemaluannya ke dalam mulutnya.
“Mmmhhppphh…!!” hanya itu yg keluar dari mulut Ellen yg telah dijejali kemaluan, air mata menetes dari sudut matanya. Mulut Ellen yg mungil itu membuatnya tak bisa menampung seluruh batang itu, ditambah lagi bau yg keluar dari benda itu menambah siksaannya.
“Ayo, yg bener nyepongnya, kemaren kan hebat ke pacarnya, kalau gak muasin rahasianya ga Bapak jamin loh !” Sobirin mendesah merasakan belaian lidah Ellen pada kemaluannya serta kehangatan yg diberikan oleh ludah dan mulutnya. Pertama kalinya sejak dipenjara belasan tahun yg lalu dia kembali menikmati kehangatan tubuh wanita. Ellen sendiri walaupun merasa jijik dan kotor, tanpa disadari mulai terangsang dan mulai mengulum benda itu dalam mulutnya.
“Uuhhh…gitu Non, enak…mmmm !” gumamnya sembari memegangi kepala Ellen dan memaju-mundurkan pinggulnya. Ellen merasakan parasnya makin tertekan ke selangkangan dan buah pelir Sobirin yg berrambut lebat itu, kemaluan di dalam mulutnya semakin berdenyut-denyut dan sesekali menyentuh kerongkongannya. Sekitar sepuluh menit lamanya dia harus melakukan hal itu, sampai Sobirin menekan kepalanya sembari melenguh panjang.
“Ooohh…keluar nih Non, isep…awas kalo dimuntahin, sekalian bersihin kontolnya !” perintahnya dgn nafas memburu. Cairan putih kental itu menyembur deras di dalam mulutnya dan mau tak mau, Ellen harus menelannya, rasanya yg asin dan kental itu membuatnya hampir muntah sehingga tersedak. Beberapa waktu kemudian barulah semprotannya melemah dan berhenti. Ellen langsung terbatuk-batuk begitu Sobirin mencabut kemaluan itu dari mulutnya. Nafasnya terengah-engah mencari udara segar, air mata telah mengalir membasahi paras cantiknya.
“Sudah…cukup ya Pak, saya mohon lepaskan saya !” Ellen memohon.
“Cukup apanya Non, baru juga pemanasannya, pokoknya dijamin puas deh Non !” ujar Sobirin sembari berjongkok di depannya, tangannya meraih ujung baju Ellen hendak menyingkapnya.
“Jangan…jangan Pak, saya mohon !” ucapnya mengiba sembari menahan tangan Sobirin yg akan menaikkan bajunya. Namun tenaganya tentu saja kalah dari lelaki setengah baya itu yg menepis tangannya dan langung menyingkap pakaian sekaligus bra hitam di baliknya. Kini mulut Sobirin dgn rakus menjilat dan menyedot puting Ellen yg merah dadu itu, setelah beberapa waktu tangannya yg menggeraygi buah dada yg lain mulai turun ke bawah mengelus paha mulusnya lalu menyusup masuk ke roknya. Di dalam rok, tangan kasar itu menjejahi kemulusan paha dalam Ellen sebelum akhirnya menjamah selangkangannya yg masih tertutup celana dalam. Ellen hanya bisa pasrah menerima perlakuan itu, dia mendesah dan sesekali terisak waktu tangan itu mulai meraba-raba kemaluannya dari luar. Rasa geli membuatnya mengatupkan kedua belah pahanya sehingga tangan Sobirin terjepit diantara kemulusan kulitnya. Hal ini membuatnya semakin bernafsu, dia mulai menyusupkan jari-jarinya melalui pinggiran celana dalam itu dan menyentuh bibir kemaluannya yg telah becek.
“Cukup apanya Non, baru juga pemanasannya, pokoknya dijamin puas deh Non !” ujar Sobirin sembari berjongkok di depannya, tangannya meraih ujung baju Ellen hendak menyingkapnya.
“Jangan…jangan Pak, saya mohon !” ucapnya mengiba sembari menahan tangan Sobirin yg akan menaikkan bajunya. Namun tenaganya tentu saja kalah dari lelaki setengah baya itu yg menepis tangannya dan langung menyingkap pakaian sekaligus bra hitam di baliknya. Kini mulut Sobirin dgn rakus menjilat dan menyedot puting Ellen yg merah dadu itu, setelah beberapa waktu tangannya yg menggeraygi buah dada yg lain mulai turun ke bawah mengelus paha mulusnya lalu menyusup masuk ke roknya. Di dalam rok, tangan kasar itu menjejahi kemulusan paha dalam Ellen sebelum akhirnya menjamah selangkangannya yg masih tertutup celana dalam. Ellen hanya bisa pasrah menerima perlakuan itu, dia mendesah dan sesekali terisak waktu tangan itu mulai meraba-raba kemaluannya dari luar. Rasa geli membuatnya mengatupkan kedua belah pahanya sehingga tangan Sobirin terjepit diantara kemulusan kulitnya. Hal ini membuatnya semakin bernafsu, dia mulai menyusupkan jari-jarinya melalui pinggiran celana dalam itu dan menyentuh bibir kemaluannya yg telah becek.
“Hehehe…nangis-nangis tapi ikut konak juga !” ejeknya sembari nyengir lebar ketika merasakan daerah kewanitaan Ellen yg basah itu.
Kemudian dgn mengaitkan dua jari, ditariknya lepas celana dalamnya yg juga warna hitam itu, lalu diangkatnya juga roknya sehingga kini angin menerpa tubuh bagian bawah yg telah terbuka itu.
“Buka kakinya Non !” perintahnya pada Ellen yg merapatkan pahanya dgn rasa malu yg mendalam.
“Buka ga…atau fotonya saya sebarin !” katanya lagi dgn lebih keras. Dgn amat terpaksa, Ellen mulai membuka pahanya perlahan-lahan memperlihatkan kemaluannya yg berrambut cukup lebat kepada Sobirin yg berjongkok di depannya. Dia menggigit bibir dan memejamkan mata, tak pernah terbayg olehnya akan melakukan hal ini di depan lelaki seperti itu.
Kemudian dgn mengaitkan dua jari, ditariknya lepas celana dalamnya yg juga warna hitam itu, lalu diangkatnya juga roknya sehingga kini angin menerpa tubuh bagian bawah yg telah terbuka itu.
“Buka kakinya Non !” perintahnya pada Ellen yg merapatkan pahanya dgn rasa malu yg mendalam.
“Buka ga…atau fotonya saya sebarin !” katanya lagi dgn lebih keras. Dgn amat terpaksa, Ellen mulai membuka pahanya perlahan-lahan memperlihatkan kemaluannya yg berrambut cukup lebat kepada Sobirin yg berjongkok di depannya. Dia menggigit bibir dan memejamkan mata, tak pernah terbayg olehnya akan melakukan hal ini di depan lelaki seperti itu.
“Wah…udah lama sekali Bapak gak ngerasain yg satu ini !” katanya sembari menatapi daerah pribadi itu dan mengelusnya. Tak lama kemudian Sobirin pun melumat kemaluannya dgn ganas, diserangnya setiap sudut kemaluan itu mulai dari bibir hingga klitorisnya disertai gigitan-gigitan kecil, tangan kanannya meraih buah dadanya dan meremasinya, sedangkan yg kiri menelusuri kemulusan pahanya.
“Uh…uhh…jangan…sudah, ahhh… !” desah Ellen dgn tubuh menggeliat-geliat menahan rasa geli yg bercampur nikmat luar biasa itu, suatu perasaan yg tak bisa ditahannya lagi. Tubuh Ellen telah basah oleh keringat, parasnya memerah dan nafasnya makin memburu. Mendadak dia merasakan rambut kuduknya merinding semua, secara reflek dia merapatkan kedua pahanya mengapit kepala Sobirin karena sebuah sensasi dahsyat, ternyata Sobirin membenamkan lidahnya pada bagian yg lebih dalam dari kemaluannya, dia merasakan dinding kemaluannya menjepit lidah Sobirin. Selain itu dia juga merasakan putingnya makin mengeras karena terus dipilin dan dipencet-pencet oleh Sobirin.
Puas bermain-main dgn kemaluan itu, Sobirin mengangkat tubuh Ellen bangkit berdiri, kini posisi mereka berhadap-hadapan. Tanpa perlawanan berarti Sobirin melucuti pakaian dan bra-nya. Yg tersisa di tubuhnya tinggal rok yg telah tersingkap ke atas dan sepatu haknya, sementara Sobirin masih memakai pakaian dan seragam karyawannya yg kancingnya terbuka sebagian tetapi tanpa celana. Diangkatnya paras Ellen yg tertunduk, ditatapnya sejenak dan disekanya air mata yg mengalir sebelum dgn tiba-tiba melumat bibir mungil itu dgn ganas.
Puas bermain-main dgn kemaluan itu, Sobirin mengangkat tubuh Ellen bangkit berdiri, kini posisi mereka berhadap-hadapan. Tanpa perlawanan berarti Sobirin melucuti pakaian dan bra-nya. Yg tersisa di tubuhnya tinggal rok yg telah tersingkap ke atas dan sepatu haknya, sementara Sobirin masih memakai pakaian dan seragam karyawannya yg kancingnya terbuka sebagian tetapi tanpa celana. Diangkatnya paras Ellen yg tertunduk, ditatapnya sejenak dan disekanya air mata yg mengalir sebelum dgn tiba-tiba melumat bibir mungil itu dgn ganas.
Mata gadis itu membelakak menerima serangan kilat itu, dia menggeleng-gelengkan kepalanya sembari mendorong dada Sobirin, namun sia-sia karena Sobirin memeluknya begitu kuat dgn tangan satunya memegangi kepalanya. Lidahnya mendorong-dorong dan menjilati bibirnya, ditambah lagi tangannya merabai kulit punggung dan bokongnya menyebabkan Ellen makin terangsang sehingga bibirnya mulai membuka membiarkan lidah Sobirin masuk menyerbu rongga mulutnya. Beberapa waktu kemudian Sobirin merasakan badan Ellen sudah lebih rileks dan tak meronta lagi, maka diapun melepaskan pegangannya pada kepala Ellen agar bisa menjamah daerah lainnya. Tanpa sadar. Ellen pun merespon permainan lidah Sobirin walaupun awalnya bau mulut Sobirin terasa tak nyaman baginya, sekalipun nuraninya mengatakan tidak, dia tak bisa menahan gelombang birahi yg menerpanya, terlebih waktu itu tangan Sobirin sedang menggeraygi segenap penjuru tubuhnya.
Kedua telapak tangan kasar itu berhenti di bokongnya dan masing-masing mencaplok satu sisi. Dirasakannya kedua bongkahan daging itu, bentuknya padat berisi dan bulat indah karena memang sebagai anak dari kalangan berada, Ellen merawat benar tubuhnya dgn fitness dan diet. Ciuman Sobirin makin merambat turun ke leher jenjangnya lalu dia membungkukkan badan agar bisa menciumi buah dadanya. Ellen sudah tak bisa menahan diri lagi, birahi telah membuyarkan akal sehatnya. Lagipula yg pernah menikmati tubuhnya bukan cuma bajingan tua ini dan Leo, kekasihnya, sebelumnya dirinya pernah terlibat one night stand dgn beberapa lelaki dan juga mantan pacarnya semasa SMA, yg membedakannya dgn lelaki-lelaki lain cuma status sosial, ras, dan perbedaan usia yg mencolok. Jadi untuk apa lagi menahan diri dan jaga image, toh sudah telanjur basah, jadi sebaiknya tuntaskan saja agar masalah selesai, demikian yg terlintas di benaknya. Dari leher mulut Sobirin turun lagi ke dadanya, dia membungkuk agar bisa menyusu dari buah dada berukuran 32B yg montok itu.
Dijilatinya dgn liar hingga permukaan buah dada itu basah oleh ludahnya, terkadang dia juga menggigiti putingnya memberikan sensasi tersendiri bagi Ellen. Tangan satunya turun meraba-raba kemaluannya dan memainkan jarinya disitu menyebabkan daerah itu makin berlendir.
Dijilatinya dgn liar hingga permukaan buah dada itu basah oleh ludahnya, terkadang dia juga menggigiti putingnya memberikan sensasi tersendiri bagi Ellen. Tangan satunya turun meraba-raba kemaluannya dan memainkan jarinya disitu menyebabkan daerah itu makin berlendir.
“Pak…Pak…ga mau…ahh-ah !” desahnya antara menolak dan menerima. Sembari terus memainkan jarinya Sobirin mendorong tubuh Ellen hingga punggungnya bersandar di tembok. Sekali lagi dia menyergap bibir Ellen, sembari berciuman tangannya menempelkan kepala kemaluannya ke bibir kemaluan Ellen. Gesekan kepala kemaluan dgn bibir kemaluan itu membuat Ellen merasa geli sehingga tubuhnya menggelinjang. Lalu pelan-pelan Sobirin menekan kemaluannya ke liang senggama Ellen.
“Sshhh…sakit, aawhhh…!!” rintih Ellen ketika kemaluan Sobirin yg besar itu menerobos kemaluannya.
Ellen meringis dan merintih menahan rasa sakit pada kemaluannya, meskipun sudah tak perawan tapi kemaluannya masih sempit, lagipula kemaluan para lelaki yg pernah kencan dgnnya tak ada yg sebesar ini. Sementara Sobirin terus berusaha memasukkan senjatanya sembari melenguh-lenguh. Setelah beberapa waktu menarik dan mendorong akhirnya masuklah seluruh kemaluan itu ke kemaluannya, walaupun nafsu sudah di ubun-ubun, halamandewasa.com Sobirin masih berhati-hati agar korbannya tak menjerit dan suaranya terdengar keluar, maka itu dia lebih memilih pelan-pelan daripada memakai sodokan mautnya untuk melakukan penetrasi. Waktu itu airmata Ellen meleleh lagi merasakan sakit pada kemaluannya.
Ellen meringis dan merintih menahan rasa sakit pada kemaluannya, meskipun sudah tak perawan tapi kemaluannya masih sempit, lagipula kemaluan para lelaki yg pernah kencan dgnnya tak ada yg sebesar ini. Sementara Sobirin terus berusaha memasukkan senjatanya sembari melenguh-lenguh. Setelah beberapa waktu menarik dan mendorong akhirnya masuklah seluruh kemaluan itu ke kemaluannya, walaupun nafsu sudah di ubun-ubun, halamandewasa.com Sobirin masih berhati-hati agar korbannya tak menjerit dan suaranya terdengar keluar, maka itu dia lebih memilih pelan-pelan daripada memakai sodokan mautnya untuk melakukan penetrasi. Waktu itu airmata Ellen meleleh lagi merasakan sakit pada kemaluannya.
“Huhh…masuk juga akhirnya, memeknya seret banget Non, Bapak suka yg kaya gini” katanya dekat telinga Ellen. Sewaktu kemudian, Sobirin sudah menggoygkan pinggulnya, mula-mula gerakannya perlahan, tapi makin lama kecepatannya makin meningkat. Ellen benar-benar tak kuasa menahan erangan setiap kali Sobirin kemaluan Sobirin menghujam sembari berharap tak ada orang lewat yg mendengar suara persenggamaan mereka. Waktu itu adalah hari Sabtu, jam-jam seperti ini memang kegiatan kuliah sedikit sehingga yg parkir di basement itu pun tak banyak, tapi tak menutup kemungkinan kalau seseorang lewat situ dan mengetahui yg terjadi di ruang ini. Gesekan demi gesekan yg timbul dari gesekan alat kelamin mereka menimbulkan rasa nikmat yg menjalari seluruh tubuh Ellen sehingga matanya membeliak-beliak dan mulutnya mengap-mengap mengeluarkan rintihan. Sobirin lalu mengangkat paha kirinya sepinggang agar bisa mengelusi paha dan bokong Ellen sembari terus menggenjot.
Menit demi menit berlalu, Sobirin masih bersemangat menggenjot Ellen. Sementara Ellen sendiri sudah mulai kehilangan kendali diri, dia kini sudah tak terlihat sebagai seseorang yg sedang diperkosa lagi, melainkan nampak hanyut menikmati ulah bajingan tua itu. Kemudian tanpa melepas kemaluannya, dia mengangkat paha Ellen yg satunya dan digendongnya menuju kursi dimana dia mendaratkan bokongnya. Anehnya, tanpa disuruh, Ellen memacu dan menggoygkan pinggulnya pada pangkuan Sobirin karena kini bukan lagi pikiran dan perasaannya yg bekerja melainkan naluri seksnya. Ketika memandang ke depan, dilihatnya paras tua gelap lelaki itu sedang menatapnya dgn takjub, segaris senyum terlihat pada bibirnya, senyum kemenangan karena telah berhasil menaklukkan korbannya. Dgn posisi demikian, Sobirin dapat mengenyot buah dada Ellen sembari menikmati goygan pinggulnya. Kedua tangannya meraih sepasang gunung kembar itu, mulutnya lalu mencium dan mengisap putingnya secara bergantian. Remasan dan gigitannya yg terkadang kasar menyebabkan Ellen merintih kesakitan.
Namun dia merasakan sesuatu yg lain dari persenggamaan ini, lain dari yg dia dapat dgn lelaki lain yg pernah bercinta dgnnya yg umumnya bersikap gentle, gaya bercinta Sobirin yg barbar justru menciptakan sensasi yg khas baginya yg belum pernah dia dapatkan sebelumnya. Di ambang klimaks, tanpa sadar Ellen memeluki Sobirin dan dibalas dgn pagutan di mulutnya. Mereka berpagutan sampai Ellen mendesis panjang dgn tubuh mengejang, tangannya mencengkram erat-erat lengan kokoh Sobirin. Sungguh dahsyat orgasme pertama yg didapatnya, namun ironisnya hal itu bukan dia dapat dari kekasihnya melainkan dari seorang lelaki mesum yg memanfaatkan situasi tak menguntungkan ini. Setelah dua menitan tubuhnya kembali melemas dan bersandar dalam pelukan Sobirin. Kemaluan Sobirin yg masih menancap di kemaluannya belumlah terpuaskan, maka setelah jeda beberapa menit dia bangkit sehingga kemaluan itu terlepas dari tempatnya menancap. Ellen yg belum pulih sepenuhnya disuruhnya menungging dgn tangan bertumpu pada kepala kursi.
Namun dia merasakan sesuatu yg lain dari persenggamaan ini, lain dari yg dia dapat dgn lelaki lain yg pernah bercinta dgnnya yg umumnya bersikap gentle, gaya bercinta Sobirin yg barbar justru menciptakan sensasi yg khas baginya yg belum pernah dia dapatkan sebelumnya. Di ambang klimaks, tanpa sadar Ellen memeluki Sobirin dan dibalas dgn pagutan di mulutnya. Mereka berpagutan sampai Ellen mendesis panjang dgn tubuh mengejang, tangannya mencengkram erat-erat lengan kokoh Sobirin. Sungguh dahsyat orgasme pertama yg didapatnya, namun ironisnya hal itu bukan dia dapat dari kekasihnya melainkan dari seorang lelaki mesum yg memanfaatkan situasi tak menguntungkan ini. Setelah dua menitan tubuhnya kembali melemas dan bersandar dalam pelukan Sobirin. Kemaluan Sobirin yg masih menancap di kemaluannya belumlah terpuaskan, maka setelah jeda beberapa menit dia bangkit sehingga kemaluan itu terlepas dari tempatnya menancap. Ellen yg belum pulih sepenuhnya disuruhnya menungging dgn tangan bertumpu pada kepala kursi.
“Oohh…udah dong Pak, saya sudah gak kuat, tolong !” Ellen memelas dgn lirih
Mendengar itu, Sobirin cuma nyengir saja, dia merenggangkan kedua paha Ellen dan menempelkan kemaluannya pada bibir kemaluannya.
“Uugghh…oohh !” desah Ellen dgn mencengkram sandaran kursi dgn kuat waktu kemaluan itu kembali melesak ke dalam kemaluannya. Tangannya memegang dan meremas bokongnya sembari menyodok-nyodokkan kemaluannya, cairan yg sudah membanjir dari kemaluan Ellen menimbulkan bunyi berdecak setiap kali kemaluan itu menghujam. Suara desahan Ellen membuatnya semakin bernafsu sehingga dia meraih buah dada Ellen dan meremasnya dgn gemas seolah ingin melumatkan tubuh sintal itu.
Mendengar itu, Sobirin cuma nyengir saja, dia merenggangkan kedua paha Ellen dan menempelkan kemaluannya pada bibir kemaluannya.
“Uugghh…oohh !” desah Ellen dgn mencengkram sandaran kursi dgn kuat waktu kemaluan itu kembali melesak ke dalam kemaluannya. Tangannya memegang dan meremas bokongnya sembari menyodok-nyodokkan kemaluannya, cairan yg sudah membanjir dari kemaluan Ellen menimbulkan bunyi berdecak setiap kali kemaluan itu menghujam. Suara desahan Ellen membuatnya semakin bernafsu sehingga dia meraih buah dada Ellen dan meremasnya dgn gemas seolah ingin melumatkan tubuh sintal itu.
Limabelas menit lamanya Sobirin menyetubuhinya dalam posisi demikian, seluruh bagian tubuh Ellen tak ada yg lepas dari jamahannya. Sekalipun merasa pedih dan ngilu oleh cara Sobirin yg barbar, namun Ellen tak bisa menygkal dia juga merasakan nikmat yg sulit dilukiskan yg tak dia dapatkan dari pacarnya. Akhirnya, Sobirin menggeram dan merasakan sesuatu akan meledak dalam dirinya, kemaluannya dia tekan lebih dalam ke dalam kemaluan Ellen, serangannya juga makin gencar sehingga Ellen dibuatnya berkelejotan dan merintih. Kemudian dia melepaskan kemaluannya dan cret…cret…cret, spermanya muncrat membasahi bokong Ellen. Belum cukup sampai situ, disuruhnya Ellen menjilati kemaluannya hingga bersih, setelahnya barulah dia merasa puas dan memakai kembali celananya. Ellen bersimpuh di lantai dgn menyandarkan kepala dan lengannya pada kursi itu, parasnya tampak lesu berkeringat dan bekas air mata, dalam hatinya berkecamuk antara kepuasan yg sensasional ini dan rasa benci pada lelaki yg baru saja memperkosanya.
Sobirin mendekatinya dan berjongkok, lalu berkata
Sobirin mendekatinya dan berjongkok, lalu berkata
“Nah sekarang rahasia Non aman, tapi Non juga harus pastikan cuma kita berdua yg tau yg terjadi barusan kalau tak, foto-foto Non ini akan saya kirim ke sembarang orang atau mungkin akan terpajang di papan penguman, ngerti !” Setelah Ellen berpakaian kembali, dia menyuruhnya pergi setelah memastikan keadaan sekitar situ aman. Dalam perjalanan pulangnya, Ellen hampir saja menabrak mobil lain karena melamun memikirkan kejadian barusan yg membuat dirinya serasa hina, namun juga merasakan kepuasan yg lain dari biasanya. Sementara itu Sobirin menanti kesempatan untuk memangsa korban berikutnya. Ikuti terus petualangan Sobirin, the pervert janitor.
0 komentar:
Posting Komentar